"Tetapi Pak Herdi sudah menjelaskannya. Jika ada masalah pribadi Anda terhadap Pak Herdi, Anda tidak boleh mengganggu Pak Herdi yang sedang mengajar anak didiknya. Anda bisa selesaikan masalah Anda di luar jam pelajaran." Lanjut Kepala Sekolah.
"Maaf, Pak. Saya telah berbohong. Saya hanya iri kepada Pak Herdi karena telah membuat anak didiknya bisa berprestasi dengan sistem yang diterapkan Pak Herdi."
Pak Herdi dan Bu Nita diperbolehkan keluar ruangan oleh Kepala Sekolah.
"Bu, seharusnya Ibu menjadi seorang guru bisa menjadi tauladan anak didiknya. Jasa seorang guru itu sangat besar. Jadi kalau Ibu bersikap seperti ini tidak baik untuk anak didik Ibu. Ibu boleh mengikuti sistem pengajaran yang saya pakai di kelas saya." Penjelasan Pak Herdi membuat Bu Nita malu sendiri.
"Baik, Pak. Maafkan saya dan terima kasih. Saya akan kembali ke kelas."
Setelah ada gangguan dari Bu Nita, Pak Herdi kembali ke lapangan untuk mengecek pekerjaan kami. Sudah hampir dua jam untuk pelajaran keterampilan kami lewati. Dan sudah hampir semuanya selesai membuat layang-layang. Aku dan teman-teman membuat layang-layang seperti ikan. Hiasan yang dibuat Bagus sudah kami tempelkan dan hasilnya sangat bagus. Sekarang, layang-layang tersebut tinggal diterbangkan.
"Bagus, anak-anak. Nanti kita bersama-sama menerbangkannya." Ucap Pak Herdi.
Aku tahu mengapa Pak Herdi menyuruh kami membuat layang-layang. Hidup itu seperti layang-layang. Ke mana pun layang-layang terbang tetapi ada yang mengendalikannya. Begitupun hidup. Kemana pun manusia pergi hanya Tuhan-lah yang mengendalikannya. Dalam setiap mata pelajaran, Pak Herdi selalu memberikan penjelasan. Apa hikmah di balik semua itu. Seperti saat ini, dalam pelajaran keterampilan membuat layang-layang, hikmahnya adalah apa yang aku katakan tadi.