Pelan. Lirih. Tapi jelas:
What everybody wants... is someone... like I want you...
Dan aku harap...
Angga tahu siapa yang benar-benar menginginkannya.
Besoknya, makin keliatan lenjeh-lenjehnya Echa ke Angga.
Echa mulai nulis surat buat Angga. Iya, surat beramplop pink. Tinta biru, huruf bulat-bulat, wangi parfum.
Angga baca. Nggak bilang apa-apa. Terus duduk di bangku belakang kelas. Aku duduk di bangku depannya.
Waktu itu, Angga ngeluarin pulpen. Nulis di kertas sobekan binder. Terus dilipat. Ditaruh di atas mejaku.
"Aku balas surat Echa," katanya.
"Tapi kamu yang baca dulu."
Aku membuka kertas itu perlahan.
Tulisannya cuma satu kalimat: