Mohon tunggu...
Pekik Aulia Rochman
Pekik Aulia Rochman Mohon Tunggu... Petualang Kehidupan Dimensi Manusia yang diabadikan dalam https://theopenlearner333.blogspot.com/

I can't do anything, I don't know anything, and I am nobody. But, I am An Enthusiast in learning of anything.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Dari Ragu ke Syukur: My Education Journey di Universitas Indonesia

21 September 2025   22:08 Diperbarui: 22 September 2025   10:04 115
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Penulis berfoto bersama kedua ortunya setelah diwisuda di Balairung UI. Dokpri

"Belajar bukanlah tentang tampil sempurna, tetapi tentang berani hadir---meski dengan langkah gemetar. Karena diam-diam, Tuhan selalu menyaksikan setiap ikhtiar kita."

Belajar sering kali dipahami sebagai kewajiban formal---datang ke kelas, membaca buku, mengerjakan tugas, lalu menunggu nilai. Namun, ketika saya menapaki perjalanan S2 di Universitas Indonesia, saya menyadari bahwa belajar jauh lebih luas daripada itu. Ia bukan sekadar aktivitas akademik, melainkan latihan batin: bagaimana saya mengelola rasa ragu, menghadapi revisi, menjaga niat, hingga berani hadir meski gemetar.

Perjalanan ini tidak dimulai dari ruang sidang atau toga wisuda, melainkan dari sebuah ruang ujian pada Maret 2023, saat saya mencoba peruntungan mengikuti seleksi beasiswa yang diselenggarakan Direktorat Jenderal Imigrasi. Dari situlah saya masuk ke dunia baru---sebuah sekolah kehidupan yang menuntut saya mengenakan dua identitas sekaligus: sebagai aparatur sipil negara yang tetap bekerja melayani masyarakat, dan sebagai mahasiswa yang harus fokus pada studi pascasarjana.

Sepanjang jalan, saya menemukan banyak wajah dari kata belajar: ada rasa insecure saat membandingkan diri dengan teman, ada kepanikan ketika revisi tak kunjung selesai, ada keharuan ketika dukungan datang dari keluarga, ada pula kegugupan yang tak bisa disembunyikan di hadapan penguji. Semua itu menorehkan jejak yang lebih dalam daripada sekadar nilai akademik.

Melalui catatan ini, saya ingin berbagi kisah perjalanan pendidikan saya: dari tes seleksi, kuliah, seminar proposal, hingga sidang akhir. Bukan untuk menampilkan kesempurnaan, melainkan untuk menunjukkan bahwa proses pendidikan adalah tentang keberanian melangkah, meskipun kadang langkah itu goyah. Karena pada akhirnya, yang terpenting bukanlah tampil tanpa cela, tetapi tetap hadir dengan hati yang tulus.

Awal Perjalanan: Dari Tes Beasiswa ke KAMABA

Segala sesuatu bermula dari sebuah ruang ujian di pagi hari, 12 Maret 2023. Saat itu saya duduk bersama puluhan rekan, sama-sama membawa harapan dan doa untuk lolos seleksi beasiswa S2 Universitas Indonesia. Meski belajar saya lebih banyak berformat SKS---sistem kebut semalam---ada rasa optimis yang tumbuh dari dalam hati. Saya teringat sabda Nabi Muhammad SAW: "Tuntutlah ilmu dari buaian hingga liang lahat." Kalimat itu bergaung seolah memberi legitimasi bahwa langkah kecil saya menuju meja ujian adalah bagian dari perjalanan spiritual sekaligus intelektual.

Beberapa bulan kemudian, ketika hasilnya keluar, saya resmi menjadi bagian dari penerima beasiswa angkatan beasiswa imigrasi kelima (IMG5). Rasa syukur bercampur haru, karena yang tadinya saya kira hanya kesempatan untuk memperkaya diri, ternyata adalah mandat organisasi. Dalam rapat evaluasi yang saya ikuti pada 7 Agustus 2023, dijelaskan bahwa program ini hadir untuk menutup kesenjangan kompetensi pegawai imigrasi. Artinya, beasiswa bukan hadiah, melainkan investasi jangka panjang untuk institusi. Kesadaran ini mengubah cara pandang saya: kuliah bukan lagi sekadar urusan pribadi, melainkan tanggung jawab kolektif.

Puncak dari babak awal ini terjadi pada 18 Agustus 2023, ketika saya dan rekan-rekan IMG5 mengikuti Kegiatan Awal Mahasiswa Baru (KAMABA) di SKSG UI. Direktur SKSG, Prof. Athor Subroto, menekankan bahwa kami bukan hanya ASN, tetapi juga mahasiswa. Banyak dari kami lupa, katanya, bahwa status mahasiswa menuntut kesungguhan yang sama seperti status profesional. Petuah itu menancap dalam hati: saya harus belajar mengelola dua dunia sekaligus---dunia kerja yang menuntut pelayanan publik, dan dunia akademik yang menuntut intelektualitas.

Hari-hari pertama kuliah pun dimulai dengan penuh semangat, meski disertai rasa gugup. Saya sadar, jalan ini panjang, penuh tugas, presentasi, dan target besar: menulis tesis dan menghasilkan jurnal terpublikasi. Namun, seperti yang saya catat dalam timeline pribadi, other life journey has just begun. Dari titik inilah perjalanan sesungguhnya dimulai: perjalanan yang akan menguji bukan hanya pikiran, tetapi juga hati dan daya tahan.

Dokpri
Dokpri

Tantangan Psikologis: Menembus Zona Nyaman

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun