"Tapi jujur, kamu tuh out of my league. Dulu aku cuma bisa lihat kamu dari jauh dan mikir... kamu dari dunia yang lain, makanya kita dulu hampir ga pernah ngobrol padahal sekelas."
"Kayak cerita percintaan di Desa Belah Tengah-nya Asterix. Terlalu banyak halangan," lanjutnya.
"Two different worlds," katanya sok Inggris.
Aku menoleh padanya.
"Terus kenapa kamu tetap ngedeketin?"
Dia senyum kecil.
"Karena ternyata  kamu nggak semenyeramkan yang aku kira.
Dan aku senang waktu tahu, ternyata kamu bisa diajak ketawa."
Kami diam sejenak. Perahu terus melaju pelan. Angin sore menyibak rambutku.
Lalu, Angga gantian bertanya. Suaranya agak parau:
"Kalau aku nggak ngajak kamu bolos hari itu... kamu bakal pernah suka sama aku?"
Aku mengernyit kecil.