Akhirnya keputusan keluar.
Aku? Dimaafkan.
"Cindy, ini bukan seperti kamu. Selama ini kamu anak yang disiplin, aktif, dan tidak pernah bermasalah."
Tapi Angga? Skors tiga hari.
Waktu dia dengar keputusan itu, dia cuma nyengir.
"Lumayan, libur panjang," katanya enteng waktu keluar dari ruang BP.
Hari pertama Angga tidak masuk, aku duduk di bangku seperti biasa.
Tapi ada sesuatu yang terasa aneh.
Aku merasa bersalah---kita bolos berdua, tapi hanya dia yang dihukum.
Tidak adil buatku.
Bangku di belakangku... kosong.
Dan aku, tanpa sadar, melirik ke belakang terlalu sering.
"Neng, itu tempat duduk belakang jangan diliatin terus, nanti kangen beneran," goda Desi, temanku.
"Kata anak cowok, si Angga juga nanyain kamu. Dia denger katanya kamu kehilangan."
Aku pura-pura menertawakan.
Tapi... ya. Mereka tidak salah.
Hari kedua.
Saat aku membuka laci mejaku, ada secarik kertas terselip di antara buku PR.
Aku terdiam.