Minimnya interaksi ini berbahaya:
Mereka sulit mengembangkan empathy nasional karena tidak benar-benar tahu realitas saudara sebangsanya.
Mudah tumbuh egoisme kelompok, baik berbasis kelas (si kaya vs si miskin) maupun berbasis etnis-agama.
Rasa kebangsaan jadi rapuh, hanya berhenti pada slogan, tidak pada pengalaman nyata.
Inilah yang membuat gagasan Wajib Karakter Nasional pasca-SMP relevan. Program ini bukan sekadar disiplin dan skill, tapi juga ruang sosial baru yang memaksa remaja lintas latar belakang untuk:
Tinggal bersama, bekerjasama, dan menyelesaikan masalah bersama.
Mengalami langsung miniatur Indonesia dalam kebhinekaan.
Menyadari bahwa "Indonesia" bukan abstraksi, melainkan wajah nyata teman sekamarnya, timnya, dan perjuangan kolektif mereka.
Dengan begitu, program ini bisa menjahit ulang tenun kebangsaan yang kian koyak di era digital dan ketimpangan sosial.
V. Gagasan Wajib Karakter Nasional (WKN) sebagai Solusi Transformasional
A. Tujuan, Nilai, dan Diferensiasi dengan Wajib Militer Konvensional