Mohon tunggu...
Asep Setiawan
Asep Setiawan Mohon Tunggu... Membahasakan fantasi. Menulis untuk membentuk revolusi. Dedicated to the rebels.

Nalar, Nurani, Nyali. Curious, Critical, Rebellious. Mindset, Mindmap, Mindful

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Menggagas Program Masa Orientasi Wajib Karakter Nasional untuk Usia SMP

18 Agustus 2025   16:47 Diperbarui: 18 Agustus 2025   16:47 86
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Mentorship & Networking: setiap jalur didampingi mentor profesional (akademisi, praktisi industri, bahkan wirausahawan muda). Peserta juga diperkenalkan ke ekosistem global melalui exchange virtual dan kompetisi internasional.

Tujuan Akhir Fase 2:

Munculnya generasi unggul yang bukan hanya disiplin, tapi juga punya spesialisasi yang jelas.

Terbentuknya jejaring lintas bidang yang bisa jadi fondasi kolaborasi masa depan.

Lahirnya role model remaja produktif yang siap bersaing dengan generasi Al-Fatih, Newton, atau Zuckerberg di era mereka sendiri.

Fase 2 ini bisa disebut sebagai "laboratorium kebangkitan": tempat di mana potensi belasan tahun diarahkan menjadi visi peradaban.

C. AI sebagai Pilar Inovasi

1. Asesmen Minat dan Bakat Awal

Salah satu kelemahan besar sistem pendidikan kita saat ini adalah kurangnya personalisasi. Remaja diperlakukan seragam, padahal tiap individu membawa kombinasi unik antara potensi kognitif, emosional, sosial, dan fisik. Di sinilah AI memainkan peran transformatif.

Profiling Multidimensi:
AI dapat menggabungkan data dari psychometric test, pola belajar daring, preferensi digital, riwayat akademik, hingga ekspresi emosi non-verbal (misalnya melalui facial micro-expressions dan analisis suara) untuk membangun peta minat-bakat yang holistik.
Prediksi Jalur Perkembangan:
Dengan machine learning, sistem bisa mengidentifikasi pola: siapa yang cenderung unggul dalam pemecahan masalah kompleks, siapa yang berbakat memimpin, siapa yang lebih ekspresif dalam seni. Ini bukan sekadar mengukur nilai ujian, tapi memprediksi kemungkinan jalur kesuksesan berdasarkan kecenderungan dasar dan dinamika pembelajaran.
Deteksi Risiko Maladaptif:
Selain memetakan kekuatan, AI juga bisa mengenali indikator risiko: potensi kecenderungan dropout, gejala depresi, atau kerentanan terhadap pengaruh negatif (geng, narkoba, radikalisme). Ini memungkinkan intervensi dini yang preventif, bukan reaktif.
Asesmen Dinamis, Bukan Sekali Jalan:
AI memungkinkan pemetaan yang berubah seiring waktu. Misalnya, seorang remaja awalnya kuat di logika matematis tapi kemudian menunjukkan kreativitas visual yang tinggi. Sistem akan mengadaptasi rekomendasi jalur sesuai perkembangan aktual, bukan terjebak pada hasil tes statis.
Dengan mekanisme ini, WKN menjadi sistem adaptif yang tidak hanya membentuk karakter kolektif, tetapi juga menghormati keunikan individu.

2. Monitoring Psikologis dan Kognitif

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun