Tahap 4 (Integrasi Global, >10 tahun):
Indonesia mengirimkan lulusan WKN ke program pertukaran global, riset multinasional, atau misi kemanusiaan. Dengan demikian, WKN bukan hanya investasi nasional, tetapi kontribusi peradaban dunia.
Dengan infrastruktur yang terencana, stakeholder yang jelas, dan roadmap bertahap, WKN bisa jadi pilar transformasi generasi Indonesia yang menggabungkan disiplin, inovasi, dan kepekaan sosial.
VI. Tantangan, Etika, dan Proyeksi Masa Depan
A. Isu Hak Anak, Penerimaan Masyarakat, dan Kesiapan Lembaga
1. Hak Anak dan Kebebasan Individu
Kritik terbesar: program wajib bisa dianggap melanggar Convention on the Rights of the Child (CRC) PBB yang menekankan kebebasan memilih jalur pendidikan.
Tantangan etis: apakah negara boleh "memaksa" anak usia 13--16 mengikuti program?
Jawaban strategis: WKN dirancang bukan hukuman atau indoktrinasi, melainkan jembatan pengembangan diri dengan multiple pathways. Artinya, meskipun wajib, remaja tetap punya pilihan jalur sesuai minat dan bakat.
2. Penerimaan Masyarakat
Orang tua mungkin khawatir WKN terasa seperti wajib militer terselubung.
Sebagian masyarakat bisa menolak dengan alasan trauma, stigmatisasi, atau "pemborosan anggaran".
Solusi: sosialisasi massif, pilot project yang transparan, dan testimoni peserta/alumni untuk menunjukkan manfaat konkret.
3. Kesiapan Lembaga
Lembaga pendidikan saat ini belum terintegrasi dengan sistem nasional yang berbasis AI.