3. Fungsi sosial-psikologis. Barak memberi rasa memiliki komunitas baru, sehingga remaja tidak lagi terseret kembali pada lingkungan toxic.
Dengan demikian, Masuk Barak dinilai sebagai "shock therapy" yang menyelamatkan jiwa-jiwa muda dari jurang kehancuran.
Pihak yang Mengkritik
Namun kritik keras datang dari kelompok lain, terutama psikolog perkembangan, aktivis HAM, dan sebagian akademisi. Mereka menyoroti beberapa hal:
1. Stigmatisasi dan labelisasi. Menempatkan remaja bermasalah di barak bisa menciptakan cap sosial yang sulit dihapus, seolah mereka adalah "generasi gagal" yang harus diisolasi.
2. Risiko represi psikologis. Pendekatan semi-militeristik yang keras berpotensi menimbulkan trauma baru atau sekadar menekan gejala, tanpa menyentuh akar masalah seperti kemiskinan, broken home, atau kegagalan sistem pendidikan.
3. Efek jangka panjang yang rapuh. Banyak yang khawatir, setelah keluar dari barak, remaja akan kembali pada pola lama karena fondasi perubahan tidak cukup dalam.
Bagi para pengkritik, Masuk Barak lebih menyerupai "patch solution" ketimbang reformasi substansial. Ia dianggap hanya menyelamatkan permukaan, tapi tidak mengobati luka struktural.
Cermin bagi Gagasan iniÂ
Pro-kontra ini memberi refleksi penting bagi gagasan wamil-edukatif pasca-SMP:
Bahaya labelisasi. Jika tidak hati-hati, program nasional bisa dianggap "paksaan negara" yang menekan kebebasan individu.