Mohon tunggu...
Asep Setiawan
Asep Setiawan Mohon Tunggu... Membahasakan fantasi. Menulis untuk membentuk revolusi. Dedicated to the rebels.

Nalar, Nurani, Nyali. Curious, Critical, Rebellious. Mindset, Mindmap, Mindful

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Menggagas Program Masa Orientasi Wajib Karakter Nasional untuk Usia SMP

18 Agustus 2025   16:47 Diperbarui: 18 Agustus 2025   16:47 86
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

IV. Dasar Ilmiah Gagasan Wajib Karakter Nasional

A. Psikologi Perkembangan

1. Usia 13--16 = Fase Pembentukan Identitas (Erikson: Identity vs. Role Confusion)
Menurut teori perkembangan psikososial Erik Erikson, masa remaja awal (13--16 tahun) adalah fase krusial yang ditandai dengan konflik utama: identity vs. role confusion. Di periode ini, individu mulai bertanya, "Siapa saya?", "Apa tujuan saya?", "Ke mana arah hidup saya?". Jika lingkungan pendidikan dan sosial menyediakan ruang eksplorasi yang aman, terarah, dan penuh tantangan konstruktif, maka remaja dapat membentuk identitas yang stabil, berdaya, dan percaya diri.

Namun bila fase ini diabaikan, remaja rawan terjebak dalam role confusion: bingung peran, mudah ikut arus, rentan alienasi, bahkan terdorong mencari identitas semu melalui pergaulan negatif, konsumsi digital berlebihan, atau eksperimen berisiko.

2. Potensi Maladaptif bila Tidak Diberi Struktur dan Arah
Tanpa intervensi sistemik, banyak remaja Indonesia jatuh pada tiga pola maladaptif:
Identitas Semu (Foreclosure Identity): identitas dibangun secara dangkal karena ikut-ikutan tren (misalnya, gaya hidup konsumtif, fandom media sosial, kelompok pertemanan toksik).

Diffusion Identity: kehilangan arah, minim motivasi, putus sekolah, atau stagnasi akibat tidak ada visi ke depan.

Negative Identity: pemberontakan terhadap nilai keluarga dan masyarakat, memilih jalur kriminalitas, narkoba, atau perilaku devian sebagai bentuk penegasan diri.

Inilah mengapa fase pasca-SMP adalah momentum emas bagi intervensi terarah berbasis disiplin, team building, dan orientasi masa depan. Dengan pendekatan ini, energi remaja yang labil tidak ditekan, melainkan disalurkan menjadi konstruksi identitas yang positif, produktif, dan selaras dengan tantangan abad ke-21.

B. Neurosains

1. Masa Neuroplastis Tertinggi setelah Masa Kanak-kanak
Penelitian neurosains menunjukkan bahwa otak manusia mengalami dua puncak neuroplasticity (kemampuan otak untuk berubah dan beradaptasi): pertama di masa kanak-kanak awal (0--5 tahun), kedua di masa remaja awal (sekitar 12--16 tahun).

Di fase ini, synaptic pruning berlangsung masif: koneksi saraf yang tidak dipakai akan "dipangkas," sementara jalur yang sering digunakan akan diperkuat. Artinya, pengalaman intensif di usia ini akan "mencetak" sirkuit otak yang menetap hingga dewasa.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun