Dengan kerangka ini, perselingkuhan tidak dilihat sebagai pengkhianatan belaka, melainkan sebagai indikator kerusakan sistemik yang membutuhkan intervensi dan rekalibrasi, bukan sekadar hukuman atau pengucilan.
Ketiga konsep utama ini---flu psiko-emosional, imunitas kesadaran, dan sistem relasional terbuka---merupakan sintesis reflektif yang memungkinkan pemahaman perselingkuhan secara non-dualistis, transdisipliner, dan humanistik. Pendekatan ini menghindari dikotomi baik-buruk yang simplistis dan mendorong pembacaan yang lebih empatik, kontekstual, serta transformatif terhadap fenomena yang sering kali menjadi tabu dan disalahpahami.
III. Metafora Medis: Perselingkuhan sebagai Flu Psiko-Emosional
A. Karakteristik Flu: Umum, Menular, Kambuhan
Dalam bagian ini, kita mengembangkan pendekatan metaforis dengan membandingkan fenomena perselingkuhan dengan karakteristik dasar flu atau influenza dalam terminologi medis. Metafora ini tidak bertujuan menyederhanakan persoalan, melainkan justru memperluas pemahaman kita terhadap mekanisme penyebaran, kerentanan, dan manifestasi perselingkuhan dalam konteks relasi manusia modern.
1. Umum (Prevalensi Tinggi dan Normalisasi Sosial Terselubung)
Seperti halnya flu yang sering disebut sebagai penyakit "umum" atau common cold, perselingkuhan juga merupakan fenomena yang umum terjadi lintas budaya, kelas sosial, usia, dan agama. Data dari berbagai survei internasional menunjukkan bahwa antara 20% hingga 60% individu dalam hubungan jangka panjang pernah terlibat dalam bentuk tertentu dari ketidaksetiaan, baik secara emosional maupun seksual.
Namun, prevalensi ini tidak serta-merta menunjukkan penerimaan sosial. Justru, "keumuman" perselingkuhan tersembunyi dalam lapisan disonansi moral dan kepura-puraan budaya, menjadikannya semacam "epidemi diam-diam" yang menggerogoti relasi dari dalam. Sama seperti flu yang sering diabaikan karena dianggap ringan, perselingkuhan sering kali diremehkan atau disangkal sampai titik krisis tercapai.
2. Menular (Efek Domino Afektif dan Sosial)
Flu bersifat menular, dan demikian pula perselingkuhan dalam konteks psiko-sosial. Penelitian dalam bidang behavioral contagion menunjukkan bahwa individu cenderung meniru perilaku orang-orang di sekitarnya, termasuk dalam hal norma dan deviasi relasional.
Perselingkuhan dapat "menular" secara simbolik maupun emosional: