Beberapa hari yang lalu, saya ada di titik kecewa dengan fenomena pendidikan yang ada di sekeliling saya. Ceritanya, sebentar lagi ada agenda kompetisi tingkat nasional yang pelaksanaannya berjenjang mulai dari kabupaten hingga tingkat nasional.
Karena tahu informasi penting ini lebih dulu, akhirnya saya pun berinisiatif menyampaikannya ke beberapa orang. Mulai dari kepala sekolah tempat anak saya bersekolah, orang tua teman anak saya yang saya tahu ia sangat berpotensi untuk ikut kegiatan ini, dan tetangga saya yang anaknya juga pintar namun beda sekolah.
Singkat cerita, upaya saya ini rupanya terganjal beberapa kendala. Untuk versi teman anak saya, anaknya nggak mau ikut. Orang tuanya pun sungkan untuk menanyakan perihal lomba ini ke kepala sekolah. Jadilah saya yang seperti sibuk sendiri ke sana sini, memotivasi orang tuanya berikut anaknya untuk berani ikut.
Cerita tak jauh berbeda terjadi di tetangga saya. Ia juga tidak mau berkomunikasi ke kepala sekolah anaknya karena tidak enak hati. Selama ini, sekolah anaknya memang terkenal pasif mengikutsertakan murid-muridnya ke ajang lomba. Bahkan, sering cenderung asal tanpa melihat potensi anak dan tidak melatih dengan serius.Â
Akhirnya, anak tetangga saya yang pintar ini pun seperti mutiara yang tertelan dalam di danau lumpur. Tidak terlihat prestasinya padahal ia anak yang sayang cerdas dan berpotensi untuk bisa menang di banyak lomba yang berhubungan dengan bidang kognitif.
Dalam hati saya merasa sangat kecewa. Mengapa anak-anak yang potensial ini menjalani pendidikan yang minim kualitas. Di tengah rasa kecewa tersebut, saya justru berkesempatan mengikuti kegiatan lewat Zoom yang diadakan Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah atau Kemendikdasmen di Yogyakarta. Jujur, acara ini makin membuat rasa kecewa saya seperti luka yang diberi jeruk nipis!Â
Faktanya, ternyata untuk mencoba jadi bagian masyarakat yang berharap ada pendidikan bermutu untuk anak-anak yang saya tahu potensinya, nyatanya tidaklah mudah. Seperti dalam inti dari obrolan kegiatan tersebut, seharusnya perlu banyak pihak yang terlibat.
Pendidikan Bermutu adalah Urusan Kita Semua
Kalau bicara soal pendidikan bermutu, banyak dari kita lantas berpikir bahwa ini adalah tanggung jawab sekolah, guru, atau pemerintah yang membuat kurikulum.Â
Padahal, pendidikan bermutu itu tidak cukup hanya itu. Tidak juga tergantung pada gedung yang bagus atau nilai tinggi di rapor.Â