Mohon tunggu...
Asep Setiawan
Asep Setiawan Mohon Tunggu... Membahasakan fantasi. Menulis untuk membentuk revolusi. Dedicated to the rebels.

Nalar, Nurani, Nyali. Curious, Critical, Rebellious. Mindset, Mindmap, Mindful

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Setiap Orang Rentan Selingkuh dan Diselingkuhi

21 Juli 2025   12:37 Diperbarui: 21 Juli 2025   17:26 227
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Meninggalkan pendekatan moralistik semata

  • Mengembangkan empati struktural terhadap pelaku dan korban

  • Memahami bahwa kekambuhan dan kerentanan bukanlah aib, tetapi sinyal akan perlunya perawatan sistemik terhadap relasi dan kesadaran diri

  • Selanjutnya, bagian III.B akan membahas vaksinasi kesadaran sebagai strategi pencegahan terhadap infeksi psiko-emosional ini.

    B. Analogi dengan Dinamika Perselingkuhan

    Perselingkuhan, jika dianalisis secara mendalam, memperlihatkan pola-pola yang menyerupai karakteristik infeksi flu dalam bidang medis. Analogi ini memungkinkan kita untuk memahami mekanisme kompleks dan multidimensional dari ketidaksetiaan bukan sebagai deviasi moral tunggal, tetapi sebagai respons sistemik terhadap ketidakseimbangan psiko-emosional dan relasional. Berikut adalah tiga titik analogi utama antara dinamika flu dan perselingkuhan:

    1. Masa Inkubasi: Fase Pra-Selingkuh yang Tidak Terlihat

    Dalam kasus flu, terdapat masa inkubasi di mana virus telah masuk ke dalam tubuh namun gejalanya belum muncul. Begitu pula dalam perselingkuhan, terdapat fase laten---sering kali tidak disadari oleh pelaku maupun pasangannya---di mana benih-benih keterlibatan pihak ketiga mulai tumbuh.

    Faktor-faktor utama dalam masa inkubasi ini meliputi:

    • Penurunan kepuasan emosional dan seksual dalam hubungan utama

    • Kebutuhan validasi atau afeksi yang tak terpenuhi

    • Mohon tunggu...

      Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
      Lihat Humaniora Selengkapnya
      Beri Komentar
      Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

      Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
    LAPORKAN KONTEN
    Alasan
    Laporkan Konten
    Laporkan Akun