Mohon tunggu...
Asep Setiawan
Asep Setiawan Mohon Tunggu... Membahasakan fantasi. Menulis untuk membentuk revolusi. Dedicated to the rebels.

Nalar, Nurani, Nyali. Curious, Critical, Rebellious. Mindset, Mindmap, Mindful

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Setiap Orang Rentan Selingkuh dan Diselingkuhi

21 Juli 2025   12:37 Diperbarui: 21 Juli 2025   17:26 227
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Apakah relasi saya dibangun atas cinta yang sadar, atau ketergantungan yang tidak disadari?

  • Apakah saya sungguh hadir dalam relasi, atau sekadar menjalankan peran kosong?

  • Dengan demikian, pemulihan tidak hanya berisi perbaikan teknis (seperti komunikasi yang lebih baik), tetapi juga pertumbuhan eksistensial yang meredefinisi apa itu cinta, tanggung jawab, dan keutuhan pribadi.

    3. Spiritualitas sebagai Kesediaan Menemani Diri Sendiri

    Di tengah kesunyian batin yang kerap dialami oleh pelaku maupun korban perselingkuhan, spiritualitas reflektif menyediakan ruang untuk mendengarkan luka tanpa perlu segera menghapusnya. Ia tidak menawarkan solusi instan, tetapi mengajarkan kehadiran penuh terhadap rasa malu, kecewa, marah, dan hampa---sebagai bagian dari proses pulang ke diri sendiri.

    Dengan demikian, spiritualitas reflektif tidak terjebak dalam pemakluman, tetapi juga tidak memperkuat stigma. Ia mengarahkan individu untuk:

    • Menerima tanggung jawab tanpa kehilangan belas kasih pada diri;

    • Melepaskan kelekatan terhadap narasi heroik tentang diri (baik sebagai korban maupun pelaku);

    • Melatih keheningan batin sebagai bentuk detoksifikasi emosional yang mendalam.

    Pendekatan ini membuka peluang untuk membangun imunitas etis dan spiritual, bukan sebagai benteng keras moralitas yang rapuh, melainkan sebagai ekosistem kesadaran yang dinamis---yang mampu mengenali potensi kegelapan dalam diri, namun tetap memilih terang secara sadar dan berulang.

    Dengan demikian, pemulihan dari perselingkuhan menjadi perjalanan spiritual, bukan sekadar terapi relasi. Dan dalam perjalanan itu, manusia tidak hanya dituntut untuk "kembali seperti dulu," tetapi justru ditantang untuk menjadi baru, lebih utuh, dan lebih jujur pada kemanusiaannya.

    Mohon tunggu...

    Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
    Lihat Humaniora Selengkapnya
    Beri Komentar
    Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

    Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
    LAPORKAN KONTEN
    Alasan
    Laporkan Konten
    Laporkan Akun