Mohon tunggu...
Andriyanie CB
Andriyanie CB Mohon Tunggu... Fiction Writer, Poetry Writer, Songwriter, Phonics Book Writer, Language and Linguistics Blogger, Shutterbug, Media Publicist for Indonesian Children's Talents

Ruang Fiksi, Puisi, dan Media Publikasi Talenta Anak Indonesia -- Follow IG: @andriyanie121

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Langit Jingga Terakhir

16 September 2025   07:02 Diperbarui: 16 September 2025   07:02 13
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(Sumber Gambar: OpenAI)

Ucapan sederhana itu membuat hati Lira bergetar. Ia tahu, ini saatnya. Ia tak bisa lagi menyimpan perasaan sendirian.

"Rak..." suara Lira pelan, hampir bergetar.
"Hm?" Raka menoleh, menatapnya dengan mata jernih.

Lira menelan ludah, lalu memberanikan diri.
"Kalau aku bilang... aku suka sama kamu. Lebih dari sahabat. Kamu marah nggak?"

Keheningan langsung turun. Raka terdiam, tatapannya tak lepas dari wajah Lira. Detik terasa berjalan sangat lambat, membuat jantung Lira hampir pecah.

Akhirnya, Raka menarik napas panjang. Senyumnya muncul, tapi ada sesuatu yang getir di dalamnya.
"Lira... kamu orang paling berharga dalam hidupku. Kamu tahu itu. Tapi... bukan dengan cara yang kamu maksud. Aku sayang kamu, tapi sebagai sahabat. Dan aku nggak mau kehilangan itu."

Lira merasakan dadanya diremas. Ia menunduk, menahan air mata yang siap jatuh. Tapi ia paksa bibirnya melengkung.
"Aku ngerti... tenang aja, aku tetap sahabatmu kok."

Raka meraih tangannya, menggenggam erat. "Jangan berubah, ya. Kamu sahabat terbaikku, sampai kapan pun."

Lira hanya mengangguk. Tapi dalam hatinya, ia tahu semuanya sudah berubah. Persahabatan itu tak akan pernah sama lagi, karena perasaannya kini menjadi luka yang tak bisa ia sembuhkan.

Dan tanpa Raka sadari, pengakuan Lira hari itu adalah awal dari jarak yang perlahan akan terbentuk di antara mereka.

BAB 5: LUKA DALAM DIAM

Hari-hari setelah pengakuan itu terasa berbeda bagi Lira. Walau ia berusaha bersikap biasa, hatinya seakan retak setiap kali berhadapan dengan Raka. Senyum masih ada, canda masih terdengar, tapi ada ruang hampa di antara mereka yang tak lagi bisa disembunyikan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun