Mohon tunggu...
Abdurrahman
Abdurrahman Mohon Tunggu... Peneliti Madya di SegiPan (Serikat Garda Intelektual Pemuda Analisis Nasionalisme)

Tertarik dengan kajian kebijakan publik dan tata pemerintahan serta suka minum kopi sambil mengamati dengan mencoba membaca yang tidak terlihat dari kejadian-kejadian politik Indonesia. Sruput... Kopi ne...!?

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Dari Kolonialisme ke Kontrak Global: Bagaimana Trump Menantang Globalis Order

26 September 2025   10:52 Diperbarui: 26 September 2025   10:52 44
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Presiden AS Donald Trump berpidato di Sidang Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa ke-80, di New York City, AS, 23 September 2025. (REUTERS/Alexander Drago)

Sistematis antara keempat studi kasus (Indonesia 1998, Freeport 1967, Ukraina 2014--2022, sawit 2010--2020). Tujuannya: mengekstrak pola operasional globalis order, memetakan aktor & instrumen yang sama, melihat transisi mekanisme dari satu era ke era lain, serta menyusun implikasi praktis dan indikator awal (early-warning) untuk kebijakan.

Saya bagi analisis ini menjadi: (A) rangkuman singkat tiap kasus, (B) tabel komparatif utama (aktor --- instrumen --- tujuan --- dampak), (C) pola transisi --- mekanisme berulang, (D) perbedaan penting antar kasus (konteks & variabel pengubah), (E) pelajaran strategis untuk Indonesia + rekomendasi prioritas, dan (F) indikator pemantauan / early warning.

A. Rangkuman singkat (1--2 kalimat tiap kasus)

Indonesia 1997--1998 (IMF & reformasi): Krisis finansial memicu intervensi IMF yang disertai conditionalities besar (privatisasi, deregulasi), menghasilkan restrukturisasi ekonomi yang memperbesar peran modal asing dan mengubah arsitektur kebijakan domestik.

Freeport 1967 (kontrak jangka panjang): Kontrak karya jangka panjang mengunci akses komersial besar atas sumber daya strategis, mengurangi ruang kedaulatan ekonomi meski kedaulatan politik tetap diakui.

Ukraina 2014--2022 (konflik sanksi rekonstruksi): Konflik geopolitik diubah menjadi peluang kontraktual dan keuangan oleh aktor-aktor global; sanksi melemahkan lawan, sementara paket rekonstruksi membuka jalur masuk korporasi multinasional.

Sawit Indonesia (2010--2020; ESG & NLW): Standar ESG dan kampanye narasi (NLW) dipakai sebagai non-tariff barriers untuk membatasi akses pasar; hasilnya tekanan harga, biaya kepatuhan, dan kebutuhan diplomasi naratif.

-

B. Tabel komparatif ringkas

ElemenIndonesia 1998 (IMF)Freeport 1967Ukraina 2014--2022Sawit (2010--2020)

Konteks pemantikKrisis moneter regionalIntegrasi politik pasca-1965Revolusi politik & invasiKampanye lingkungan global

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
  16. 16
  17. 17
  18. 18
  19. 19
  20. 20
  21. 21
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun