Mohon tunggu...
Mim Yudiarto
Mim Yudiarto Mohon Tunggu... Buruh - buruh proletar

Aku hanyalah ludah dari lidah yang bersumpah tak akan berserah pada kalah....

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Tetralogi Air & Api, Lahirnya Air dan Api

9 Desember 2018   06:51 Diperbarui: 9 Desember 2018   06:59 288
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Raja Iblis Nusakambangan sepertinya tidak mau kalah.  Sorot matanya memerah ketika dia melambai ke arah sebuah pohon luar biasa besar tidak jauh dari situ.  Seperti tadi, pohon itu tersihir dan berubah hidup.  Kali ini, karena bentuknya yang raksasa, pohon hasil sihir itu sangatlah menyeramkan. Tingginya lebih dari sepuluh kaki.  Lingkaran tubuhnya mencapai dua pelukan orang dewasa.  Cabang dan rantingnya sangat besar besar.  Suaranya bergemuruh seperti halilintar ketika pohon ajaib ini menyerang Elang.

Pertarungan aneh ini mengundang banyak perhatian.  Semua orang terpaku dan menonton dengan takjub.  Sangat jarang terjadi peristiwa seperti ini. Pertunjukan sihir tingkat tinggi dan langka.  Semua orang tidak sadar saat diam diam Aswangga dan Argani menarik sebuah perahu yang banyak tertambat di pinggir danau dan pelan pelan mengayuhnya pergi ke tengah danau Ranu Kumbolo.  Matahari memang sudah mulai miring ke arah barat.

Saatnya kemunculan kembali kitab sakti Ranu Kumbolo hampir tiba.  Dan tidak semua orang menyadari itu.

Kembali ke pertarungan sihir di daratan.  Beruang dan elang sekarang tidak banyak berkutik diserang oleh mahkluk laut aneh ciptaan Laksamana Laut Utara dan pohon ajaib ciptaan Raja Iblis Nusakambangan.  Dewi Mulia Ratri melambai ke ular cobra yang dengan cepat menuruti perintahnya menyerang Raja Iblis Nusakambangan.  Sang Raja Iblis tertawa terbahak bahak sambil meniupkan sesuatu ke arah ular kobra.  Ular itu berhenti sesaat seperti kebingungan lalu berbalik menyerang Dewi Mulia Ratri.  Rupanya Sang Raja Iblis mempunyai mantra pembalik yang kuat.  

Ular ciptaan Dewi Mulia Ratri menyerang tuannya sendiri!

Andika Sinatria menggerakkan tubuhnya.  Dia menyerbu ular kobra besar itu dengan kekuatan yang mematikan.  Dewi Mulia Ratri tidak tinggal diam. Tubuhnya berkelebat ke depan menyerang Putri Anjani dengan hebat.  Putri Anjani melayani serangan itu dengan kekuatan yang tidak kalah dahsyat.

Untuk kesekian kalinya, terjadi pertempuran di tempat itu.  Ardi Brata yang melihat Dewi Mulia Ratri telah bergerak, memasuki pertempuran membantu beruang dan elang yang sekarang terlihat sangat kewalahan.

Saat pertempuran sedang berlangsung dengan sengitnya.  Terdengar suara ledakan maha dahsyat dari tengah danau.  Air danau nampak bergelombang besar.  Angin bergemuruh tiada henti.  Bahkan di atas danau itu awan tebal telah datang menyelimuti.  Entah dari mana datangnya awan itu, padahal sedari pagi, cuaca sangat terang dengan langit biru yang cerah.  

Pertempuran mendadak terhenti.  Semua orang memperhatikan apa yang sedang terjadi di tengah danau.  Raja Iblis Nusakambangan dan Laksamana Utara sepertinya menyadari sesuatu.  Dua tokoh itu buru buru menghambur ke pinggir danau dan menaiki perahu yang terpisah.  

Laksamana Utara berbisik sambil mengerahkan ilmu Mengirim Suara Jarak Jauh kepada Putri Anjani.  Putri Anjani mendengar bisikan tersebut dengan jelas di telinganya.  Sedangkan orang lain sama sekali tidak bisa mendengarnya.  Gadis cantik manis itu melesat menyusul ayahnya naik perahu yang langsung meluncur cepat ke tengah danau.  Madaharsa melakukan hal yang sama.  Sendirian saja menaiki perahu dan mengerahkan tenaga dalam agar perahu itu cepat sampai ke tengah danau.

Dewi Mulia Ratri, Andika Sinatria, dan Ardi Brata terheran heran melihat kejadian ini.  Belum hilang rasa terkejutnya.  Tiba tiba di hadapan mereka telah muncul dua orang tua.  Ki Biantara dan Ki Mandara tanpa banyak basa basi menunjuk ke tengah danau dan berkata kepada tiga anak muda itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
  16. 16
  17. 17
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun