Mohon tunggu...
Mim Yudiarto
Mim Yudiarto Mohon Tunggu... Buruh - buruh proletar

Aku hanyalah ludah dari lidah yang bersumpah tak akan berserah pada kalah....

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Tetralogi Air & Api, Lahirnya Air dan Api

9 Desember 2018   06:51 Diperbarui: 9 Desember 2018   06:59 288
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Kraaakkk!...Wuuusss... Desss...Desss!..."

Senjata senjata berpentalan dan patah seperti daun kering tertiup angin.  Si empunya senjata juga menjadi korban ilmu hebat itu.  Lima orang berjatuhan diterjang hawa panas yang membakar dahsyat. Belasan lainnya sedikit jeri menyaksikan kejadian itu.  Namun mereka meredakan kejerian itu dengan menyerang secara bersama sama ke arah pemuda aneh itu.  

Arya Dahana sembari tersenyum melayani serbuan curang itu dengan tenang.  Kini dia memainkan jurus jurus Geni Sewindu seutuhnya.  Api yang pada awalnya hanya berkobar di lengannya sekarang menyelimuti seluruh tubuhnya.  Gerakannya sangat pelan namun penuh tenaga. 

Gelanggang pertempuran bertambah menjadi empat sekarang.  Dyah Puspita yang sempat menyadari kedatangan Arya Dahana berusaha memperingatkan saat dia melompat menghindari serangan Madaharsa sambil mendekat," Hati hati Arya...bertempurlah di dekatku agar aku dapat mengawasi dan melindungimu,"

tangannya menyentuh lengan Arya Dahana dengan lembut.  Arya Dahana yang terperangah namun girang bukan kepalang, tersenyum manis ke arah Dyah Puspita," jangan khawatir Kakak Puspa.  Aku akan selalu di sampingmu..."

Mendengar jawaban polos dari Arya Dahana, Dyah Puspita memerah jengah pipinya.  Keduanya kini berdiri berdampingan.  Harimau putih besar itu rupanya tak mau kalah. Sambil mengaum gembira dia melompat ke sebelah Arya Dahana dan berdiri di sampingnya.  Madaharsa dan belasan orang pasukan Sayap Sima berdiri di hadapan mereka. Pemuda tampan terpelajar dan Dewi Mulia Ratri melihat juga kejadian ini.  Mereka pun melompat tinggi dan berdiri satu lingkaran dengan Arya Dahana dan Dyah Puspita.

Kini, empat anak anak muda dan Sima Lodra berdiri bersisian. Menghadapi tiga tokoh sakti dunia hitam beserta pasukan tangguh Sayap Sima.  Dua pihak saling mengukur kekuatan.  Argani yang sering bertindak sebagai pimpinan di antara mereka berkata lirih," Mereka cukup tangguh.  Kita tidak akan bisa membereskan ini dengan cepat."

Dia menoleh setengah berbisik ke anggota pasukan Sayap Sima,"  Sampaikan ke Laksamana di pos timur dan Raja Iblis di pos barat.  Kita perlu bantuan besar di sini."  Dua orang yang diperintah mengangguk takzim dan segera meninggalkan tempat itu dengan cepat.

Suasana menjadi hening sejenak.  Tidak ada yang memulai serangan.  Mereka bahkan tidak menyadari bahwa sedari tadi kelompok Malaikat Darah telah meninggalkan tempat itu dengan diam diam.  Bahkan Argani merutuk diri sendiri kenapa tidak segera bertindak menghabisi mereka tadi.  Hilang sudah bayang bayang penghargaan yang tentu akan diterimanya jika mampu menumpas habis dedengkot perkumpulan pemberontak itu. Dilampiaskannya kekesalan hatinya dengan menghardik anak anak muda yang berdiri waspada sepuluh depa di hadapannya.

"Kalian para pemberontak cilik! Kalian sudah bersekongkol dengan perkumpulan jahat pemberontak antek Malaikat Darah Berbaju Merah.  Kami adalah Pasukan Sayap Sima dari Kerajaan Majapahit sudah mencatat kesalahan kalian dan sesuai dengan kewenangan yang ada pada kami maka dengan ini kalian dijatuhi hukuman mati!"

Dyah Puspita sampai terbengong bengong mendengar pemutarbalikan fakta yang terang terangan ini.  Dia maju ke depan sembari berkacak pinggang. Tidak sadar bahwa perbuatannya ini membuat tubuhnya yang setengah telanjang terlihat makin molek dan menggairahkan.  Bahkan Madaharsa sampai melotot melihat pemandangan ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
  16. 16
  17. 17
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun