Mohon tunggu...
Mim Yudiarto
Mim Yudiarto Mohon Tunggu... Buruh - buruh proletar

Aku hanyalah ludah dari lidah yang bersumpah tak akan berserah pada kalah....

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Tetralogi Air & Api, Lahirnya Air dan Api

9 Desember 2018   06:51 Diperbarui: 9 Desember 2018   06:59 288
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kembali sihir tingkat tinggi dikerahkannya.  Dilemparkannya perhiasan itu ke atas dan menjelmalah seekor elang yang sangat besar.  Elang itu mengoak keras sambil mengepak ngepakkan sayapnya yang lebar.  Suara menderu deru muncul seiring suara kepakan sayap itu.  Belum selesai sampai di situ.  Dewi Mulia Ratri juga melempar senjata penanya ke tanah.  Dan....muncullah seekor beruang besar yang sangat pemarah.  Taring dan cakarnya berkilauan diterpa sinar matahari yang sudah semakin meninggi.

Laksamana Utara mengangkat tangannya ketika dilihatnya Putri Anjani dan Madaharsa hendak maju melayani tantangan tersebut.  Keduanya menahan langkah melihat isyarat tangan itu. 

"Ha ha ha ha....ini lumayan...ini lumayan...ha ha ha...." terdengar ketawa parau memekakkan telinga ketika Raja Iblis Nusakambangan maju selangkah sambil menatap Dewi Mulia Ratri dengan seksama," Gadis manis...kamu layak jadi muridku....ha ha ha..."

Tangannya diayunkan ke arah pepohonan.  Ajaib! Pohon pohon yang dilambai itu tiba tiba seperti hidup.  Mencerabut sendiri akar akarnya lalu bangkit dan maju ke depan dengan pelan dan kikuk.  Dahan dan rantingnya bercuitan seperti raksasa baru bangun tidur yang sedang menggeliat.  Pohon-pohon itu bergerak dan mengeluarkan suara suara aneh!  Dewi Mulia Ratri tertegun sejenak.  Ini adalah pertunjukan sihir yang luar biasa!  Tapi juga mengerikan!  Orang ini bisa membuat pasukan pohon sebanyak banyaknya kalau dia mau.  

Dewi Mulia Ratri bergidik.  Tapi dia tidak takut.  Dia bersiap siaga sepenuhnya.  Tahu bahwa lawan yang akan dihadapi ini benar benar orang luar biasa hebat.  Ardi Brata melompat maju ke samping Dewi Mulia Ratri dan mencabut senjata alat lukisnya.  Dewi Mulia Ratri melirik pemuda tampan itu sambil sedikit melemparkan senyum terimakasih.  Ardi Brata balik tersenyum dengan canggung.  Sungguh kenapa dia harus salah tingkah menghadapi gadis jelita ini.

Pasukan pohon itu berjumlah sekitar selusin.  Meskipun bukan jenis jenis pohon yang tinggi dan besar.  Namun tetap saja pemandangan ganjil itu menggiriskan nyali.  Saat pohon pertama mulai menyerang Dewi Mulia Ratri dengan cabang dan rantingnya yang kokoh menyeramkan, mendadak sebuah bayangan putih berkelebatan di antara pasukan pohon itu.  Terdengar bunyi dahan patah berkali kali dan dedaunan berhamburan ke segala arah.  

Begitu keriuhan itu berhenti. Nampak pohon pohon itu gundul dan bertumbangan.  Seorang lelaki sangat tampan berdiri dengan gagah sambil memegang pedang panjang yang berkilat kilat saking tajamnya.  Dewi Mulia Ratri hampir berteriak memanggil dan lari mendekat.  Tapi diurungkannya niatnya setelah sadar bahwa itu adalah tindakan yang sangat memalukan.  Tapi matanya terbelalak lebar ketika dilihatnya Putri Anjani sudah berlari mendekati sang pangeran dan memegang tangannya dengan mesra.

"Tuanku Pangeran, syukurlah kau datang.  Kami agak kewalahan tadi melawan nenek sihir itu..." suaranya terdengar sangat manja dan sengaja digenit genitkan.  Matanya melirik ke arah Dewi Mulia Ratri dengan sorot mengejek.  Dewi Mulia geram bukan kepalang melihat adegan ini.  Dilambaikannya tangannya ke arah beruang dan elang raksasa di sampingnya.  Keduanya bergerak menyerang....Andika Sinatria! 

Yang diserang terperanjat bukan main. Melompat kesana kemari menghindari serangan.  Beruang dan elang itu menyerang bertubi tubi," Dewi...Dewi...hentikan...tolonglah," pangeran tampan itu berkata sembari sibuk menangkis dan menghindari serangan.  Dia kemudian melompat jauh ke samping Dewi Mulia Ratri, memegang tangannya lembut dan berbisik mesra," Dewi...apa salahku?  Aku di sampingmu...aku akan membelamu apapun yang terjadi."

Dewi Mulia Ratri terperangah dengan pipi memerah.  Dilambaikannya tangan ke arah Beruang dan Elang untuk menghentikan serangan ke pangeran tampan itu....dan jarinya menunjuk ke Putri Anjani.  

Kontan dua hewan ciptaan itu berbalik dan menyerang Putri Anjani dengan dahsyat.  Putri Anjani yang dongkol bukan main melihat sang pangeran bersikap mesra kepada Dewi Mulia Ratri, mencabut pedangnya dan membalas dengan sengit serangan serangan Beruang dan Elang.  Laksamana Utara mengerutkan alisnya.  Dikebutkannya lengan bajunya ke depan.  Terdengar suara raungan menggetarkan saat di hadapan semua orang muncul makhluk aneh bukan main.  Mukanya mirip sekali dengan ikan hiu.   Namun memiliki banyak sulur sulur lengan gurita.  Kakinya pendek berselaput. Mahkluk aneh itu mengeluarkan desis keras dan menyerang Beruang membantu Putri Anjani.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
  16. 16
  17. 17
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun