Mohon tunggu...
Salsabila Pragita
Salsabila Pragita Mohon Tunggu... Lainnya - Pelajar

————

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Hydrangea

24 Februari 2021   01:39 Diperbarui: 24 Februari 2021   01:43 609
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

Sabtu, 18 Januari 2014

Denting piano mengalun lembut menyapa indera pendengaran setiap pengunjung restoran bergaya klasik ini. Di antara banyaknya orang yang menikmati suasana nyaman yang restoran ini tawarkan, Elang mungkin menjadi satu-satunya orang yang tidak merasakannya. Sungguh ia sudah merasa bosan bahkan sejak satu jam yang lalu kedatangannya di tempat ini.

Pembicaraan yang keluarganya dan keluarga teman ayahnya lakukan membuatnya semakin merasa ingin segera meninggalkan tempat ini. Apa yang menyenangkan dari aksi saling balas menunjukkan pencapaian seperti ini? Bahkan pujian yang dilayangkan satu sama lain terdengar sangat palsu. Orang bodoh mana yang akan percaya?

“Elang berhasil masuk dengan nilai seleksi tertinggi, bukankah sepuluh tahun yang akan datang, Elang akan mengikuti jejak kakaknya?” ujar seorang yang duduk tepat di depan Guntur, ayahnya. Elang diberitahu bahwa orang itu adalah teman ayahnya semasa SMA, atau mungkin kuliah. Entahlah, dia juga tidak begitu peduli.

“Elang masih harus banyak belajar. Lalu bagaimana dengan Ashila? Bukankah tahun depan ia akan menyelesaikan pendidikannya? Ya ampun, mahasiswi Harvard itu pasti menjadi kebanggan kalian.” Ibunya membalas pujian itu dengan nada yang dilebih-lebihkan, benar-benar membuat Elang jengah.

Kemudian satu jam lagi Elang habiskan untuk mendengarkan pembicaraan kolot orang tuanya. Segala jenis makanan yang tersaji di hadapannya bahkan tidak mampu untuk membangkitkan minatnya. Ia ingin pergi dari tempat ini, sekarang juga.

-

“Ruang tamu saya sudah hampir seperti gudang penyimpanan jasa pengiriman. Astaga, berapa banyak situs pembelanjaan daring yang Bapak kunjungi tiap minggunya? Sejak kapan Bapak mulai hidup konsumtif seperti ini?”

Tanpa menghilangkan fokus pada jalan di depannya, Lintang berdecak pelan mendengar omelan dramatis dari orang yang diteleponnya itu. “Berhenti menonton drama televisi, efeknya benar-benar mengerikan,” ujarnya disertai tawa geli ketika didengarnya dengusan keras dari ponselnya.

“Hanya cepat kembali dan bawa semua paket-paket ini! Berhenti membuat saya harus menandatangani bukti penerimaan setiap hari!”

Dirga, seorang yang tengah bertelepon dengan Lintang, berseru kesal. Tetangganya itu benar-benar membuatnya jengkel setengah mati. Bagaimana tidak? Lintang pergi mengunjungi orang tuanya di Bandung selama satu minggu. Selama satu minggu itulah Dirga disibukkan dengan aktivitas barunya, menerima semua paket yang dikirim ke alamat Lintang. Itu berlangsung nyaris setiap hari. Lebih parahnya, paket yang datang terkadang muncul beberapa kali dalam satu hari. Ini serius, Dirga sama sekali tak melebih-lebihkan.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun