Mohon tunggu...
S Widjaja
S Widjaja Mohon Tunggu... lainnya -

Sharing ideas through writing.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Musashi: The Journey of A Warrior & The Book of Five Rings (15)

29 April 2016   21:40 Diperbarui: 2 Juni 2016   20:40 172
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

Bennosuke mencoba bertahan dari segala macam pikiran negatif yang muncul – dengan memusatkan pikirannya, berkonsentrasi. Ia harus tegar. Ia seorang anak laki-laki – putra seorang samurai, pendekar pedang ternama, Munisai … yang ingin mengenyahkannya dari rumah ini.

Berpikir tentang ayahnya malah kembali menimbulkan perasaan sedih, marah, dan kecewa yang tidak dikehendakinya. Perasaan yang sama seperti sebelumnya, mulai mengacaukan pikirannya dan juga membuat matanya menjadi panas …

Eh? Aku menangis? Tidak, aku tidak mau menangis. Tidak akan.

Ia ingin melawan semua perasaan itu termasuk keinginan menangis yang diluar kehendaknya. Ia ingin mengangkat wajahnya, memandang Dorin dengan tegar. Tetapi ia belum sanggup.

Akhirnya ia memutuskan untuk menunda memberikan jawaban. Ia tidak ingin membiarkan Dorin melihat dirinya berada dalam kesedihan. Toh ini semua hanya sementara. Tak ada yang kekal di dunia ini. Tidak kesedihan, tidak juga kebahagiaan.

Berpikir demikian, berangsur-angsur Bennosuke mulai mampu menguasai dirinya lagi.


Jika ada sesuatu yang mengganggu pikiranmu – apakah itu rasa sedih, marah, khawatir, takut, gugup, ataupun cemas, singkirkan! Pikirkan hal lain. Pikirkan apa saja yang mampu membuatmu melupakan semua perasaan tidak menyenangkan yang kaurasakan saat ini. Enyahkan pikiran-pikiran yang mengganggumu!

Konsentrasi, Bennosuke. Berkonsentrasilah.

Pedang. Tiba-tiba imaji benda itu langsung terlintas – terbayang, di benaknya.

Ia membayangkan sejenak saat-saat ia berlatih pedang, mengayunkan bokken-nya dengan penuh semangat. Ia merasakan suka cita yang muncul saat ia berlatih. Ia merasakan kegembiraan bercampur rasa letih setelah ia berlatih. Ketika ia memikirkan itu semua perlahan-lahan perasaannya menjadi tenang.

Ia berhasil mengatasi kesedihannya. Ia tidak akan menangis. Ia adalah seorang anak yang kuat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun