Mohon tunggu...
S Widjaja
S Widjaja Mohon Tunggu... lainnya -

Sharing ideas through writing.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Musashi: The Journey of A Warrior & The Book of Five Rings (15)

29 April 2016   21:40 Diperbarui: 2 Juni 2016   20:40 172
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

Belum selesai Dorin berbicara, bocah itu sudah bangkit berdiri dan berlari sekencang-kencangnya meninggalkan tempat itu.

“Sampai nanti, Otsu,” teriaknya – melambaikan tangan, tanpa menoleh.

Otsu terpingkal-pingkal melihat tingkah kedua orang yang usianya jauh berbeda ini.

“Lihat Otsu, begitulah Bennosuke. Kamu jangan mau sama laki-laki seperti dia yang melihatku memegang sapu saja sudah kabur meninggalkanmu, apalagi kalau dia melihatku memegang pedang.” Dorin sengaja berbicara keras-keras supaya Bennosuke mendengarnya.

Bennosuke sudah hapal apa yang akan dilakukan Dorin dengan sapu itu. Ia akan disuruh menyapu pekarangan – yang kemudian dilanjutkan dengan menimba air sumur, mengepel lantai dojo, dan banyak pekerjaan lainnya. Padahal ayahnya telah mengupah beberapa orang pekerja harian untuk mengurus rumah, selain itu murid-murid ayahnya juga bertugas membersihkan dan merawat dojo. Tentu saja Bennosuke merasa keberatan jika ia harus melakukan pekerjaan yang bukan merupakan tugasnya itu.

Ada-ada saja, Paman Dorin itu.


Bennosuke tahu konsekuensi dari membolos pelajaran pagi ini. Hukumannya biasanya menulis huruf kanji sebanyak dua ratus kali. Tetapi ia tidak yakin kalau huruf kanji yang harus ditulisnya sebagai hukuman kali ini adalah huruf kanji teru teru dorin.

Pagi hari ini, setelah pelajaran membaca dan menulis, Bennosuke berlatih pedang di pekarangan rumahnya. Ayunan bokken-nya terlihat cepat dan bertenaga. Sementara itu Dorin duduk di tempatnya yang biasa – salah satu batu besar berbentuk pipih, memerhatikan Bennosuke berlatih. Akhir tahun ya … tinggal beberapa bulan lagi.

Bennosuke lalu menghampiri Dorin. Sepertinya ia telah selesai berlatih. Bokken dipegang dengan tangan kanannya dan bagian pipih senjata itu ditepuk-tepukkan ke bahu kanannya.

“Aku tahu cara mengalahkan Ayah,” katanya kepada Dorin – ia menyeka keringat yang membasahi dahi dan pipinya.

“Heh?” Dorin memandang Bennosuke dengan bingung – seperti tidak percaya dengan apa yang baru saja didengarnya itu. Takabur sekali anak ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun