Mohon tunggu...
S Widjaja
S Widjaja Mohon Tunggu... lainnya -

Sharing ideas through writing.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Musashi: The Journey of A Warrior & The Book of Five Rings (15)

29 April 2016   21:40 Diperbarui: 2 Juni 2016   20:40 172
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

Perlahan-lahan ia membalikkan badannya dan menoleh ke sumber suara itu. “Ayah?!” serunya terkejut bercampur gugup. Saat itu wajah Bennosuke pastilah sudah menjadi pucat pasi. “Eh … selamat pagi, Ayah.”

Bennosuke membungkukkan badannya.

“Hm, selamat pagi.” Munisai menganggukkan kepalanya. Matanya tajam memandang wajah terkejut anaknya itu.

“Se … se … sejak kapan …” Bennosuke tergagap-gagap – ia melirik ke arah Dorin yang kini terlihat serius.

“Sejak ‘bisa dikalahkan di bawah bulan’,” jawab Munisai singkat.

Dorin tersenyum, rupanya kehadiran Munisai tidak bisa dirasakan oleh Bennosuke. Bocah yang bisa menyadari – menangkap gerakan tongkat kayu Dorin sebelum dipukulkan ke meja tulisnya atau bisa mengetahui kehadirannya dari arah belakang, ternyata tidak bisa merasakan kedatangan Munisai.


Seorang master pedang memang luar biasa.

Seorang master pedang tidak saja mampu menyerang lawan tanpa diduga – seolah-olah serangan tersebut dilakukan tanpa persiapan, tetapi juga membuat lawan menjadi kesulitan mengarahkan serangan balik ke arahnya karena sepertinya semua gerakan lawan bisa terbaca oleh si master pedang.

Bahkan ada yang mengatakan ketika seorang master pedang bertarung, gerakan lawan terlihat lambat sehingga mudah ditangkis atau mudah dihindari. Kecepatan mata membaca gerakan lawan diikuti refleks yang terlatih membuat seorang master pedang terlihat begitu digdaya.

Selama ini, Bennosuke belum pernah melihat ayahnya bertarung lebih dari seperempat jam. Ketika menghadapi lawan yang kuat, Munisai pasti menggunakan pedang. Apakah pedang itu dipegang dengan satu tangan atau dengan kedua tangannya, pertarungan tetap berlangsung singkat.

Sedikit banyak Bennosuke sudah bisa merasakan yang mana di antara para penantang ayahnya itu merupakan lawan yang kuat dan mana lawan yang lemah – sebelum mereka bertarung menghadapi ayahnya dalam duel di dojo ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun