Mohon tunggu...
Romi Lie
Romi Lie Mohon Tunggu... Pelajar -

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Pendekatan Pastoral-Konseling Kristen terhadap Kaum LGBT

29 November 2018   13:41 Diperbarui: 29 November 2018   13:48 1962
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Butir-butir tersebut merupakan penekanan ulang dari gagasan Jay Adams yang telah diutarakan di atas.  Selain itu, Jay Adams,  buku Bimbingan Berdasarkan Firman Allah (Ibid), karya Martin dan Deidre Bobgan berisi gagasan konseling alkitabiah yang kokoh. Dalam buku tersebut Bobgan & Bobgan berkesimpulan bahwa bagi orang Kristen, masalah-masalah yang dapat ditangani dengan bimbingan psikologis dapat dilayani lebih baik dengan bimbingan yang alkitabiah di dalam Tubuh Kristus. Bila firman Allah yang dipakai untuk melayani melalui Roh Kudus, menyentuh seseorang maka pikirannya, perasaannya dan tindakannya dipengaruhi pula. Mengubah pikiran, emosi, tingkah laku tanpa kehadiran firman Allah dan pekerjaan Roh Kudus, pada akhirnya akan mengagungkan pekerjaan manusia daripada kebenaran dan Roh Allah. Ada empat alasan Bobgan & Bobgan tidak menganjurkan bimbingan psikologis atau gabungan antara psikologi dan Alkitab (Martin Bobgan & Deidre Bobgan,1985, 22-23), yakni:

(1) Alkitab sendiri dan tradisi gereja;

(2) Pengalaman orang-orang yang hanya menggunakan pendekatan alkitabiah;

(3) Penyelidikan psikologis;

(4) Cara psikologis akhirnya bertentangan dengan cara alkitabiah.

KAJIAN TEORI TENTANG PENELITIAN KONSELING

Pandangan Alkitab tentang Homoseksual

Ada dua teks/cerita dalam Perjanjian Lama yang biasa dilihat berhubungan dengan homoseksual yang pertama Im. 18: 22; 20:13 yang merupakan teks utama yang menentang perilaku homoseksual. Mengutip pendapat Daniel Wold, Glen H. Stassen, mengatakan dalam Imamat 18:22; 20:13 (Janganlah engkau tidur dengan laki-laki secara orang bersetubuh dengan perempuan, karena itu suatu kekejian. Bila seorang laki-laki tidur dengan laki-laki secara orang bersetubuh dengan perempuan, jadi keduanya melakukan suatu kekejian, pastilah mereka dihukum mati dan darah mereka tertimpa kepada mereka sendiri), homoseksual dimasukkan di antara daftar panjang perilaku seksual yang dilarang (Mis: incest, bersetubuh dengan istri sesama, mempersembahkan anak, berkelamin dengan binatang, tidur dengan menantu dll), yang adalah kekejian terhadap kekudusan yang mendatangkan murka Allah atas si pelanggar dan bahaya pada seluruh komunitas (Glen H. Stassen & David P. Gushee, 2008, 396). 

Sebagai tambahan Jerry Kirk memandang bahwa kedua teks itu, yang merupakan bagian dari Holiness Code, menunjukkan bahwa Allah mencipta laki-laki dan perempuan dan menuntut kesetiaan dalam hubungan heteroseksual dalam pernikahan. Namun bagi Dan O Via sebagaimana dikutip oleh Greg Lockwood, mengatakan bahwa dalam kedua teks ini, homoseksual hanya terlihat sebagai sumber kenajisan dan bukan sumber dosa.  (http://sttbi.ac.id/detailpost/lgbt-dan-pernikahan-sejenis-dan-implikasi-eklesiologis-kita-oleh-junifrius-gultom, diunduh pada tanggal 5 November 2016). 

Selanjutnya Kisah kedua dalam PL adalah Sodom dan Gomora (Kej 19: 4-11). Sampai pada tahun 1955 sebelum munculnya penafsiran baru dari Derrick S Bailey, semua teolog sepaham bahwa kisah ini merujuk pada pengutukan perilaku homoseksual sebagai dosa (Ibid). Perbedaan pendapat dalam kisah ini berpusat pada kata yada (bersetubuh, mengenal, berkenalan dengan, mengetahui) yang dalam bahasa terjemahan LAI diterjemahkan dengan "memakai". 

Kelompok pertama melihat bahwa dalam kisah ini salah satu dari dosa penduduk sodom adalah perilaku homoseksual, selain dari ketidakramahan masyarakat kota itu pada tamu Lot. Kelompok ini memaknai kata "yada" dengan pengertian bersetubuh dengan, sama seperti pemaknaan kata itu dalam Kejadian 4:1. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
  16. 16
  17. 17
  18. 18
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun