(1) didasko atau mengajar (Kol. 3:16), bertujuan untuk mencapai perubahan watak dan tingkah laku;
(2) membereskan persoalan secara verbal (memperingatkan) sebagaimana dilakukan oleh Natan kepada Daud (1 Sam. 12: 3-4),
(3) motif nouthetis: memperbaiki orang yang dibimbing (1 Kor. 4:14).Â
Konfrontasi yang dimaksud bukan hanya menyangkut dosa, melainkan konfrontasi antara Jay Adams dengan psikologi sekuler, terutama freudianisme yang begitu mempengaruhi layanan konseling. Â Menurut Adams gagasan Freud bahwa penyakit sebagai kekacauan pribadi telah merusak tanggung jawab manusia.Â
Manusia menanggap bahwa persoalan mereka lebih merupakan  akibat dari orang lain (allogenis) daripada perbuatannya sendiri (autogenis). Jay Adams menganggap Freud sebagai musuh karena ia meremehkan kekristenan dan menamakan dirinya seorang Yahudi tulen yang tidak mengenal Allah; seorang kafir yang tidak memiliki pengharapan.  Baginya kekristenan adalah khayalan yang harus dilenyapkan, sebab sama seperti agama lainnya kekristenan pun adalah gejala penyakit jiwa (Ibid, 5, 12-13).
Jay Adams dan para penganut konseling alkitabiah tidak sendirian, tetapi beberapa penganut psikologi Freud yang telah "bertobat" mengungkapkan hal yang sama. Richard Ganz, penulis Psychobabble. Ia sebelumnya adalah keturunan Yahudi sama seperti Freud, berprofesi sebagai seorang psikoterapis yang mempraktekkan psikonanalisis ia pun menolak konsep-konsep absolut serta apa saja yang bersifat transenden.  Setelah belajar di L'Abri ia memutuskan untuk meninggalkan konsep Freud yang dianut sebelumnya. Buku Competent to Counsel  karya Jay Adams dengan konseling nouthetisnya yang menekankan Galatia 5:22-23 telah mempesona dirinya.Â
Prinsip serupa dianut oleh  W.S. Heath, yang secara konsisten menekankan penggunaan Alkitab dalam pengajaran dan konseling Kristen.  Beliau juga menekankan pentingnya menempatkan manusia dalam kodrat hakikinya sesuai dengan Alkitab pula. Dalam sebuah makalah beliau berjudul: "Aspek-Aspek Dalam Bimbingan Pastoral" W.S. Heath menandaskan beberapa prinsip bimbingan untuk memecahkan macam-macam persoalan, antara lain: (Ibid, 7).
1. Jangan mendengar sepihak saja, cari data yang jelas.
2. Mencari penyelesaian berdasarkan Alkitab.
3. Dosa harus diakui, orang lain diampuni, ganti rugi kalau salah.
4. Mengajar sikap dan cara yang baik.