(a) mengklarifikasi dan menemukan solusi terhadap masalah-masalah teologis;
(b) membantu konseli menemukan arti kehidupan;
(c) mengajarkan konseli untuk bertumbuh secara spiritual (Kol. 2:6-7).
Contoh kasus:
(a) orang yang kuatir, tidak percaya dan bingung;
(b) persoalan menyangkut: kekosongan (emptiness), kurang berharga (Yes. 43:4), dan tidak memiliki tujuan hidup (Fil. 1:21-22);
(c) keinginan untuk makin mengenal Tuhan;
(d) kecewa dengan krisis kehidupan yang dihadapi;
(e) bingung dan tidak setuju dengan doktrin dan isu-isu sebuah gereja;
(f) ajarkan mengenai pentingnya kelahiran baru (2 Kor. 5:17; Yoh. 1:12) dan pertumbuhan menuju kedewasaan rohani (Ef. 4:13);
(g) tunjukan kebutuhan rohani konseli serta pentingkan doa, kebergantungan pada pimpinan Roh Kudus, dsb.