"Muk lagu, yu. Rasah dilebokke ati"(hanya lagu, yu. Tidak usah dimasukkan ke hati)
Lagu itu kian waktu mendominasi jagat perdangdutan. Rhoma Irama menggenggam kekuasaan. Kubu anti judi seperti mendapat amunisi. Mereka merasa menjadi pasukan Salahuddin Al Ayubi hanya dengan bermodal secuil lagu. Liriknya menghantam pondasi perjudian. Mirip senapan mesin, menguliti sisi buruk judi. Sebenarnya, lagu ini muncul seiring hadirnya judi legal, Porkas.Â
Tapi hantamannya menyambar segala jenis judi, termasuk Cap Jie Kia. Bersama Sonetanya, Elvis Presley itu telah menjadi hantu bagi jiwa-jiwa yang kosong. Jiwa-jiwa milik kaum proletar yang hidupnya dininabobokan oleh pertaruhan hidup mati.
"Uang yang pas-pasan. Karuan ditabungkan(oo...ooo)", teriak bang haji menggelegar, "Itu cara sehat, tuk jadi hartawan....."
"Iso-isone ngomong ngono"(bisa-bisanya ngomong begitu), tanya Tulkiyem, "Tuek an ra nyebut"(orangtua tidak tahu diri)
"Uwis to Yu, ngono e mbok tanggap?"(sudahlah to Yu. Begitu saja ditanggapi), saran Paidi, "Gantinen siaran liyane, Jo. Ben ra gembredek"(gantilah siaran yang lain, Jo. Biar tidak berisik)
Tarjo meraih tombol pada kotak hitam itu. Diputar, mencari yang lain. Suara kemresek bersama peluit, timbul tenggelam mirip kapal dipermainkan ombak dilautan.
"Judi! Meracuni kehidupan...."
"Judi! Menjanjikan kemenangan...."
"Judi!...."
"Judi!...."