Mohon tunggu...
Sri Romdhoni Warta Kuncoro
Sri Romdhoni Warta Kuncoro Mohon Tunggu... Buruh - Pendoa

• Manusia Indonesia. • Penyuka bubur kacang ijo dengan santan kental serta roti bakar isi coklat kacang. • Gemar bersepeda dan naik motor menjelajahi lekuk bumi guna menikmati lukisan Tuhan.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Balada Kaum Kesrakat

20 Agustus 2021   19:17 Diperbarui: 20 Agustus 2021   19:26 448
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Koleksi Pribadi diolah pakai picarts

"Keji piye? Wong ora ngganggu kowe yok dibilang keji. Iki fitnah!"

"Rhoma Irama soyo nggladrah!", sebuah tamparan menyasar benda kotak itu. Penyuplai kemarahan menjadi sasaran tangan-tangan petaruh. Bergeming.

"Apapun namanya bentuk judi. Jangan dilakukan dan jauhi",

"Sak karepku!" sebuah tinju keras mengenai Rhoma sebelum Satria Bergitar itu melanjutkan sindirannya. Posisinya bergeser beberapa senti. Seringai licik Tulkiyem mengamini tindakan mereka. Sebuah persekutuan terbentuk sedemikian cepatnya di siang yang panas. Kegaduhan menyedot perhatian umum. Benda itu jadi bulan-bulanan. Kekuatannya belum bisa dihancurkan.

Rhoma tampilkan senyum mengejek, "Yang senang jadi bisa jadi sengsara, apalagi yang susah".

Kemarahan kelompok Tulkiyem tak terkendali. Pukulan-pukulan beruntun menimpa sang biduan. Antene patah, sumpah serapah beranakpinak. Lengkingan gitar mencoba menyentak, memberi perlawanan.

"Uang judi najis tiada berkaaaahh...Judi!", raungan Rhoma berubah menjadi badai, menyudahi perlawanan.

Bak! Buk! Plak! Bak! Bek! Pukulan bertubi-tubi menerpanya.  "Modar kowe!", sorak Tulkiyem takzim. Keganasan kaum proletar tampak ditempat ini, menyerbu pandangan pengunjung lapak. Beberapa diantaranya berhasil merontokkan spare part. 

Tombol volume copot, pegangan retak, mika pelindung penanda frekuensi hancur. Gurat-gurat penganiayaan tergores lugas. Hanya pasrah menerima serangan yang begitu gencar. Tendangan penuh kebencian menerbangkan benda yang dipatenkan Nikola Tesla. Tergolek tanpa disesali.

***

Jalur rel itu melengkung membelah wilayah Losari. Kepadatan bangunannya laksana gerumbul sesemak ditingkahi hiruk pikuk penduduk pinggiran. Pagi ini, kereta Batara Kresna melaju dengan kecepatan 20 km/jam. Teriakan keras berhamburan, "Awas! Juragane lewat!". Klaksonnya menyentak.. Kegaduhan menguar, mirip asap gunungan sampah. Kereta jurusan Solo-Wonogiri menjalani jadwal sesuai kesepakatan untuk memenuhi harapan para penumpang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun