"Dhe, kalau mau jadi tambang bagaimana caranya?", kata Tulkiyem
"Kamu jadi Tambang? Lha jadi sinden saja sudah enak kok malah nambang", ujar pakdhe Jito,
"Hanya sekedar ingin tahu saja kok, Dhe"
"Kalau hanya sekedar tahu ya nggak apa-apa"
Bertuturlah Pakdhe Jito kepada Tulkiyem tentang seluk beluk dunia tambang(Bandar)Cap Jie Kia.
Judi Cap Jie Kia dibawa oleh para pedagang dari daratan Tiongkok ke bumi Mataram di Surakarta sebagai hiburan massal. Sebagai hiburan, judi dengan 12 nomer itu dilakukan disela-sela istirahat ketika usai bergelut peluh dipusat perdagangan dengan taruhan memijat atau cubitan. Taruhan meningkat dengan kudapan berupa nasi atau lauk pauk buat asupan ditengah hari. Kemudian berkembang, upah sebagai kuli dijadikan taruhan.
Dari cerita pakdhe Jito, Tulkiyem iseng mencoba jadi tambang. Ternyata hasilnya lumayan, hingga keterusan. Tanggapan menyinden beberapa kali ditolaknya. Hal ini membuat simboknya marah.
"Yem! Nek kowe nekat nambang takkon minggat seko omah iki. Ngisin-ngisinke wong tuwo!"(Nem, kalau kamu nekat nambang saya suruh minggat dari rumah ini. Membuat malu orangtua), umpat simbok. Kemarahan sudah menggelegak. "Kowe kuwi tak didik ben dadi peneruse simbok. Ora memper wong wedhok dadi tambang. Opo kurang hasile seko nyinden?!"(kamu itu dididik biar jadi penerusnya simbok. Tidak pantas orang perempuan jadi bandar. Opo kurang hasilnya dari sinden)
Tulkiyem mengkeret kalau suara bariton simbok meledak dicuping telinga. Untuk beberapa hari hingga sebulan dia masih tunduk, tapi bila setan berhasil menepuk pundak, api perjudian kembali membakar kewarasannya. Kumat lagi. Semangat api nan tak pernah kunjung padam tertanam disanubari.
Mencuri-curi kesempatan agar Cap Jie Kia dapat mengisi celengan babonnya menjadi alasan Tulkiyem menepikan kemarahan simbok. Nekat.
Apakah watak keras kepala berbanding lurus dengan kekonyolan langkahnya? Tulkiyem akhirnya benar diusir dari rumah. Sepotong kalimat kutukan sempat ia dengar,"Nek kowe ora metu seko judi, uripmu bakal rekoso! Batara Kresno iso nyampluk awakmu! Titenono omongane simbok"(jika kamu tidak keluar dari judi, hidupmu bakal susah. Batara Kresna bisa menampar dirimu. Camkan omongan simbok) ketika kakinya keluar dari rumah yang telah membesarkannya.