Dari sebuah jalan kampung tanpa palang pintu perlintasan, sesosok perempuan 65 tahunan terlihat bergegas. Langkah kakinya berbalap. Sepertinya ada yang ingin dia kejar. "Kembalianku kurang tujuhribu. Sialan! bakul sayur itu mau mengakaliku", desisnya. Pikirannya dipenuhi kecamuk hingga menafikan kewaspadaan.
Batara Kresna menghembuskan napas tanpa berhenti. Moncongnya mirip peluru kendali. Lajunya, walau pelan, tapi karena tubuhnya besar menjadikannya sosok yang menakutkan.
"Hei! Minggir!" peringatan berulang-ulang membahana panjang. Sayang,  kurang dipahami oleh perempuan itu. Badannya terlalu mendekat jalur. Tubuh ringkihnya disenggol sang Batara. Terserat beberapa meter tanpa bisa dicegah. Terbanting-banting bak bola bekel. Luka tercetak penuh. Darah mengucur  dari karut marut. Batara Kresna berhenti. Perempuan itu mengaduh, merintih , kemudian terbujur mati . [**]