Mohon tunggu...
Sri Romdhoni Warta Kuncoro
Sri Romdhoni Warta Kuncoro Mohon Tunggu... Buruh - Pendoa

• Manusia Indonesia. • Penyuka bubur kacang ijo dengan santan kental serta roti bakar isi coklat kacang. • Gemar bersepeda dan naik motor menjelajahi lekuk bumi guna menikmati lukisan Tuhan.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Balada Kaum Kesrakat

20 Agustus 2021   19:17 Diperbarui: 20 Agustus 2021   19:26 448
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Koleksi Pribadi diolah pakai picarts

Simbok berharap gertakannya akan mampu menundukkan Tulkiyem. Ternyata keliru, Anak gadisnya benar-benar minggat tanpa pernah memberi kabar. Ia sedih berkepanjangan.

Berbekal celengan babon hasil dari nyinden serta tutupan Cap Jie Kia menuntun langkah Tulkiyem di kota Solo. Kota ini tidak begitu asing baginya. Beberapa sudutnya masih bisa ia pahami. 

Kebiasaan bapaknya mengajak ke Solo jika Sekatenan atau melihat wayang orang di taman Sriwedari menjadi modalnya untuk mengingat beberapa tempat. Inilah cara bapak merawat Tulkiyem dengan budaya Jawa. Telinganya tidak asing dengan suara Klenengan(karawitan).

Jaman berubah, sekarang android ditangannya sudah dianggap seperti revolver. Tak bisa lepas. Dor! Dor! Dor! Dor! Korban jeratan judi 12 angka bertumbangan. Tulkiyem senang. Bandar menang. Kemenangan baginya merupakan napas kehidupan. Ketenangan akan memijat otaknya bersama paras sumringahnya. Itu akan terang dengan syarat bisnisnya tidak ada gangguan.

Disamping aparatur negara, gangguan paling menjengkelkan  berasal dari satria bergitar, Rhoma Irama. Kok bisa? Opo tumon? Awalnya di 1988, ketika dia sedang rekap hasil cap jie kia, selarik tusukan keluar dari radio transistor dua band...."Judi....menjanjikan kemenangan... Judi....menjanjikan kekayaan..."

Lirik pertama tidak dia gubris. Kepalanya masih kompromi mengikuti irama kendang. Lengkingan sayatan gitar memaksa tubuhnya bergerak kiri kanan sambil tangannya mencorat-coret angka di lembaran kertas. Lama-lama, syairnya tambah menggila. Raja dangdut itu membakar kerumunan para pemasang, sengit, "Bohong! (bohong!)  Kalaupun kau menang, itu awal dari kekalahan. Bohong!(bohong!), kalaupun kau kaya itu awal dari kemiskinan"

"Kuwi lagune sopo, Jo?"(itu lagunya siapa, Jo), tanya Tulkiyem ditujukan ke salah satu pemasang langganannya. Hatinya mulai mendidih, konsentrasinya goyah.

"Mosok ora kenal, yu? Kuwikan Rhoma Irama"(masak tidak kenal, Yu. Itukan Rhoma Irama), jawab Tarjo datar, sambil meremas-remas rambutnya. Sedang mikir mau pasang apa.

"Lambene Rhoma nggawir"(bibirnya Rhoma nyinyir), ungkap Tulkiyem, "Wong lanang ngok koyo wong wedok"( laki-laki kok kaya perempuan)

Provokasi tambah menggurita, "Judi! (judi) Meracuni kehidupan. Judi! (judi) Meracuni keimanan. Pasti! (pasti) Karena perjudian orang malas dibuai harapan. Pasti! (pasti) Karena perjudian perdukunan ramai menyesatkan"

"Judi disalahke? Dunyo kuwi diciptakke memang kudu ngene. Opo Rhoma Irama segleng?(judi disalahkan? Dunia itu diciptakan memang harus begini. Apa Rhoma Irama miring). Jari ditempelkan dijidat dengan posisi jatuh.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun