Disusun oleh: Anselmus dari Canterbury (1033-1109)
Diperkuat oleh: Ren Descartes
Argumen ini adalah yang paling radikal, karena tidak membutuhkan observasi atau pengalaman empiris-semata-mata berbasis logika.
Premis dasar Anselmus:
- Tuhan adalah sesuatu yang tidak dapat dipikirkan sesuatu yang lebih besar darinya.
- Jika hanya ada dalam pikiran, maka masih bisa dibayangkan yang lebih besar: yang ada dalam kenyataan.
- Maka, Tuhan pasti ada dalam kenyataan agar tidak bertentangan dengan definisinya sendiri.
Versi Descartes menambahkan bahwa eksistensi adalah bagian dari esensi Tuhan, seperti sisi tiga pada segitiga.
Kritik utama:
- Immanuel Kant: "Keberadaan bukan predikat." Menurut Kant, eksistensi bukan sifat yang melekat pada sesuatu. Hanya karena kita bisa memikirkan konsep sempurna, tidak berarti itu nyata.
- Banyak menganggap argumen ini terlalu konseptual dan tak berdampak pada kenyataan.
2. Argumen Kosmologis
Dipopulerkan oleh: Aristoteles (Unmoved Mover)
Diformalkan oleh: Thomas Aquinas
Kosmologis berasal dari pengamatan terhadap sebab-akibat di alam semesta. Lima jalan Aquinas, terutama tiga yang kosmologis:
- Gerak: Segala yang bergerak digerakkan oleh yang lain Harus ada penggerak pertama.
- Sebab: Semua akibat ada sebab Harus ada sebab pertama (causa prima).
- Kemestian: Semua hal bisa ada atau tidak ada Harus ada sesuatu yang niscaya ada (necessary being).
Argumen ini dianggap lebih kuat karena bersandar pada realitas empiris.
Kritik utama:
- Masih membuka pertanyaan: "Mengapa sebab pertama itu harus Tuhan?"
- David Hume mempertanyakan validitas asumsi bahwa setiap hal harus punya sebab---bagaimana jika dunia hanya "ada"?
3. Argumen Teleologis (Design Argument)