Mohon tunggu...
R Hady Syahputra Tambunan
R Hady Syahputra Tambunan Mohon Tunggu... Karyawan Swasta

🎓Education: Law 🏤Classified as Middle–Upper Class in Indonesia, with assets ranging from US$169,420–1 million (approx. Rp 2.64–16 billion), based on CNBC criteria. 🏧Among the top 0.001% of Indonesians with an annual income of Rp 300–500 million (SPT 1770 S 2024) 👔Career: Employee at Giant Holding Company (since Feb 2004–Present), side job as Independent Property-Asset Management Consultant 📲Volunteer Work: Previously engaged with BaraJP, Kawal Pemilu, as well as the Prabowo–Sandi and Anies–Muhaimin campaign teams. ⚖️Note: I only connect with writers who focus on ideas and ideals, not those who are obsessed with K-Rewards.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Filsafat Logika (Ep-25) | Filsafat Agama: Mampukah Akal Mendefinisikan Tuhan?

1 Agustus 2025   23:56 Diperbarui: 2 Agustus 2025   00:03 200
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Agustinus mencoba menjelaskan Trinitas lewat analogi pikiran:
Pikiran = diri, pengetahuan, dan cinta satu hakikat, tiga fungsi.
Namun tetap, banyak filsuf menganggap ini tidak memuaskan secara logis.

b. Yesus sebagai Tuhan: Ketegangan Logika dan Iman

Bahwa Tuhan menjadi manusia (inkarnasi) dianggap absurd secara filosofis oleh banyak pemikir rasional, termasuk dalam Islam dan bahkan dalam pemikiran Yahudi.

Tertullian, salah satu bapak gereja, justru mengatakan: "Credo quia absurdum" -- "Aku percaya karena ini absurd." Ini menunjukkan iman dalam Kristen awal tidak memerlukan koherensi logis, bahkan bangga atas paradoks.

3. Transformasi Rasional di Barat: Dari Misteri ke Logika

Mulai abad ke-13, para teolog Kristen seperti Thomas Aquinas mencoba mendamaikan iman dan rasio dengan pendekatan Aristotelian: Tuhan dijelaskan dengan argumen kosmologis dan teleologis (Bab III). Tapi tetap, inti doktrin Kristen=Trinitas, Inkarnasi, Penebusan-tidak bisa dibuktikan oleh logika, hanya bisa dipercaya lewat wahyu dan doktrin gereja.

Setelah membahas upaya filsafat Barat dalam mendefinisikan Tuhan secara logis, Bab ini mengalihkan fokus ke tradisi Islam. Dalam Islam, konsep Tuhan tidak sekadar dibentuk oleh spekulasi metafisik, tetapi berakar kuat pada wahyu, dengan dasar rasional yang kokoh. Tauhid=konsep keesaan Tuhan-bukan hanya klaim iman, tapi juga posisi logis dan ontologis tentang realitas tertinggi.

Pertanyaannya: Apakah ajaran Islam membenarkan pendekatan logika untuk mengenal Tuhan? Dan jika iya, sejauh mana logika dapat digunakan, sebelum masuk ke wilayah iman dan wahyu?

3. Islam: logika dan Iman dalam Al'Qur'an, berbeda dari dogma yang menolak rasio, Al-Qur'an justru berulang kali mendorong penggunaan akal, nalar, dan refleksi untuk mengenali tanda-tanda Tuhan: "Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan pergantian malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang yang berakal." (QS. Ali Imran: 190)

"Apakah kamu tidak berpikir?" (QS. Al-Baqarah: 44).-"Apakah kamu tidak menggunakan akal?" (QS. Al-An'am: 32, dan puluhan ayat lain).

Logika dalam Islam bukan musuh iman. Justru, logika adalah alat menuju iman yang kokoh-bukan iman yang buta, melainkan iman yang sadar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
  16. 16
  17. 17
  18. 18
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun