2. Tradisi Kalam: Rasionalisasi Tauhid
Ilmu Kalam adalah cabang teologi Islam yang menjadikan argumen rasional sebagai medium untuk menjelaskan dan mempertahankan keimanan.
a. Mu'tazilah
- Mengembangkan pendekatan yang sangat rasional.
- Tuhan, menurut mereka, dapat dibuktikan melalui akal. Bahkan, kewajiban pertama manusia adalah mengenal Tuhan dengan akal, bukan langsung menerima wahyu.
- Mereka menyusun argumen keberadaan Tuhan secara kosmologis dan etis:
- Alam ini baru berarti ada pencipta pertama (muhdits)
- Tuhan adil dan berkehendak baik, karena akal mengenali kebaikan dan keburukan.
b. Asy'ariyah
- Lebih moderat. Akal digunakan, tapi tetap ditundukkan pada wahyu.
- Bagi al-Asy'ari, Tuhan tidak wajib dijelaskan lewat logika Aristotelian. Namun bukti-bukti rasional tetap dimungkinkan.
- Mereka menekankan bahwa keesaan Tuhan tidak dapat dipahami sepenuhnya oleh akal, tapi logika digunakan untuk membantah kekeliruan logika lawan (filosof Yunani, ateis, dll).
3. Argumen Kosmologis dan Teleologis dalam Islam
Konsep Tuhan sebagai Pencipta dan Pengatur Tertinggi tercermin dalam ayat-ayat Qur'an: "Apakah mereka diciptakan tanpa sesuatu pun, ataukah mereka yang menciptakan (diri mereka sendiri)?"
(QS. At-Tur: 35)
Ini adalah bentuk argumen kosmologis Qur'ani: segala sesuatu yang ada pasti ada penciptanya.
"Kami menciptakan segala sesuatu dengan takaran." (QS. Al-Qamar: 49).Ini mencerminkan argumen teleologis: keteraturan ciptaan menandakan kebijakan dan desain.
"Dialah Allah, tidak ada Tuhan selain Dia, Maha Mengetahui yang ghaib dan yang nyata. Dia-lah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang." (QS. Al-Hasyr: 22--24)=Ini adalah ayat yang mendefinisikan Tuhan secara positif sekaligus mengakui keterbatasan manusia dalam memahami-Nya secara penuh.
4. Tanzih dan Tasybih: Antara Yang Tak Terjangkau dan Yang Didekati
Dalam teologi Islam, terdapat prinsip keseimbangan antara: