Mohon tunggu...
Ermansyah R. Hindi
Ermansyah R. Hindi Mohon Tunggu... Lainnya - Free Writer, ASN

Bacalah!

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Pelajaran tentang Pluralitas

10 Januari 2023   12:33 Diperbarui: 13 Juli 2023   09:00 445
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dari ujaran-ujaran atau pernyataan-pernyataan, yang dia tandai sebagai sesuatu yang melampaui ruang dimana dia berbicara. Heidegger (1962) melihat "Aku di sini" dialamatkan secara eksplisit oleh Dasein, mencekoki spasialitas individualnya sendiri dari suatu jejaring relasi-relasi bernama basis material dari setiap kali kita berbicara atau menulis.

Entah itu kita berbicara di atas mimbar, di belakang meja, di depan khalayak atau teman-teman sendiri. Begitu pula aktivitas menulis di depan layar baru: virtual-digital atau di atas meja dan sejenisnya.

Terdapat kemungkinan akan terjadi proses pembenaran atau penolakan atas ujaran-ujaran, dari bentuk-bentuk dan obyek-obyek diskursus yang dinilai usang oleh si pembaca atau si pendengar dalam ruang lingkup yang lebih luas. Kata-kata yang diartikulasikan oleh seseorang saat berbicara dan dimaterialisasi dengan cara menulis adalah salah satu kesenangan tersendiri. Akan tetapi, kuasa seseorang melalui pikiran dan hasratnya dalam teks Immanuel Levinas, Time and The Other (1987) meletakkan "sang Lain adalah apa yang bukan Aku diriku sendiri." Lanjutnya, "sang Lain ini adalah bukan sebab dari karakter, atau fisiognomi, atau psikologi sang Lainnya, melainkan perubahan dari sang Lain itu.".

Di sini, terdapat keterserakan teks yang terjadi dalam peristiwa diskursif menandai setiap celah wilayah kemunculan penyampaian. Ia bukan menyangkut pertentangan antara satu sama lain1, tetapi bentuk-bentuk pluralitas di sekitar kita, yang harus berada pada semua jalur. 

Meskipun individu-individu masih bercokol dalam wilayah ontologi keanekaragaman, tetapi perbedaan sulit menangani ranah eksistensi individualnya sendiri sebagai rangkaian relasi-relasi diskontinu dengan benda-benda plural. 

Tetapi, semuanya merupakan kata-kata bersifat diskontinu dan penggalan-penggalan yang terputus-putus tidak bisa dikelompokkan dalam tanda sebagai subyek yang dadakan dan berserakan. 


Kemunculan peristiwa yang berada di luar diri eksistensi individual membatalkan satuan-satuan terbesar yang dijajaki, diketahui, dan ditepis secara referensial pada kata-kata dan subyek yang berbicara. Satu langkah lagi, ia akan terjatuh dalam ruang kosong sebelum terproses pengisian ulang pikiran, pilihan, dan hasrat untuk pengetahuan.

Saat ini dengan segala rupa sebagaimana kita lihat, jangankan lapisan-lapisan baru, wilayah penampakan obyek-obyek (pendidikan yang membebaskan, ekonomi yang menyejahterahkan, dan kesehatan terjamin atau kebebasan berbicara terpenuhi tanpa saling menghancurkan) sirna ditelan bersama dirinya sendiri.

Ketika kelompok pernyataan lain yang terlebih dahulu memiliki kuasa dan pengetahuan, maka setiap rinciannya tidak bisa semua dikontrol oleh diskursus. Karena rezim diskursus itu juga sistem kuasa dan pengetahuan. Pertemuan-pertemuan resmi akan menghilang dalam diskursus yang telah diucapkan dengan cara yang berbeda saat kemunculannya. 

Hal ini terdapat kemungkinan terjadi pada bentuk-bentuk diskursus yang masih menyentuh pluralitas obyek yang telah dibentukny. Ia bukan pluralitas subyek yang berpikir yang bersembunyi di balik 'jurang perbedaan' secara leluasa bisa dibicarakan. 

Misalnya, "sang Lain adalah lemah, miskin, "janda dan yatim piatu," sedangkan Aku yang kaya atau berkuasa." Aku tergantung pada diriku sendiri, sang Lain juga tergantung pada dirinya sendiri. Keduanya terlibat dalam relasi 'sistem kehidupan bersama' yang menggantikan ruang intersubyektif. 

HALAMAN :
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun