Mohon tunggu...
Ermansyah R. Hindi
Ermansyah R. Hindi Mohon Tunggu... Lainnya - Free Writer, ASN

Bacalah!

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Pelajaran tentang Pluralitas

10 Januari 2023   12:33 Diperbarui: 13 Juli 2023   09:00 443
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tetapi, semakin menjauh dari ingatan, maka semakin tergerus pula hal-hal yang tidak perlu dibicarakan. Kita tidak perlu berhasrat untuk mempertontonkan semuanya itu melalui satu identitas, bentuk, medium, atau diskursus tunggal belaka.

Dalam kenyataannya, hasrat individual akan kebenaran yang memposisikan dirinya sebagai pencetus tunggal menggebu-gebu merupakan langkah awal tentang pemaksaan kebenaran.

Suatu mekanisme pengelompokan diskursus tentang kebenaran perlu ditopang oleh ketersediaan ruang penerapan pengetahuan melalui riset, pengamatan, dan analisis terhadap isu-isu yang berkembang hanya dapat dibicarakan secara bebas dan dinamis dalam masyarakat demokratis. 

Dari sanalah mereka ditawarkan semacam pembicaraan seputar tema-tema pluralitas bersifat inklusif dan cair tanpa menina-bobokkan dirinya dengan permasalahan proposisi-proposisi dalam perbedaan.

Kita percaya atau mungkin kita tidak berpikir tentang bagaimana diskursus menggoyahkan kelompok kata-kata yang dibicarakan dalam lingkaran anti pluralitas, seperti kepicikan pikiran. 

Kita juga tidak percaya, jika kekuatan yang tertancap pada diskursus bukan membicarakan diri kita sendiri. Kita tidak sedang berpikir tentang cara mengetahui perbedaan dalam diri kita sendiri. Karena titik ujaran-ujaran paling banyak kita hadapi, maka dengan alasan logis yang saya maksud justeru menjadi tidak penting dan tidak jelas hingga sekarang perbedaan yang dicari tidak pernah gagal menopenginya.


Pada suatu saat kebenaran tidak muncul ke depan mata kita, kecuali momentum kebenaran yang sudah sejak lama dimainkan untuk menyinari wilayah abu-abu sebuah obyek diskursus. 

Kegilaan berpikir mengenai obyek diskursus yang dibicarakan berulang-ulang dan plural akan menentukan apa muatan atau maksud dari teks yang hilang dan kadangkala ujaran-ujaran muncul menggeser posisinya. 

Penolakan mentah-mentah terhadap pluralitas dan pluralisme tidak lebih dari sekedar pengulangan ujaran-ujaran kembali yang dibentuk oleh diskursus. Apapun nama dan obyeknya, terlibat atau tidak, ia tetap dicari oleh hasrat untuk mengetahui yang tidak pernah asal berkoar-berkoar begitu saja dalam hiruk pikuk kehidupan sehari-hari.

Akhirnya, teks-teks ekonomi yang dibicarakan telah diperhitungkan, ketika manusia muncul sebagai jenis makhluk misterius, yang memiliki kebutuhan dan hasrat, berusaha untuk memenuhi kuasa, cita rasa untuk menentang kebenaran, dan karena itu memiliki kekayaan, kepentingan untuk bebas dari penghancuran kreatif melalui kemiskinan yang tidak dimimpikan. 

Singkat kata, diskursus yang telah memasuki wilayah pertentangan dengan manusia lain akan tetap diucapkan dan terus menerus dibahas. Hal-hal yang tidak ada habis-habisnya diperbincangkan sebagai titik kritis dari diskursus, yang dibicarakan dalam pertemuan-pertemuan resmi atau forum dialog akan hilang seperti asap yang terbang melampaui asal-usulnya.

HALAMAN :
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun