Mohon tunggu...
Asep Setiawan
Asep Setiawan Mohon Tunggu... Membahasakan fantasi. Menulis untuk membentuk revolusi. Dedicated to the rebels.

Nalar, Nurani, Nyali. Curious, Critical, Rebellious. Mindset, Mindmap, Mindful

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Membangun Masyarakat Simbolik-Artistik yang Jujur Tapi Tidak Vulgar

21 Juli 2025   22:15 Diperbarui: 21 Juli 2025   22:15 82
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Dari Mirat Muda ke Di Bawah Atap Lobo: Membangun Masyarakat Simbolik-Artistik yang Jujur Tapi Tidak Vulgar

Abstrak

Dalam sejarah peradaban, hasrat manusia yang paling kelam dan liar bukanlah hal asing---ia hadir di balik tirai simbol, mitos, seni, dan sastra. Esai ini menelusuri bagaimana ekspresi sisi gelap kemanusiaan, seperti hasrat erotik dan fantasi tabu, disublimasikan secara estetis dalam puisi Mirat Muda, Chairil Muda, lalu dibandingkan dengan kecenderungan kontemporer seperti dalam cerita Di Bawah Atap Lobo di Kompasiana. Di tengah masyarakat modern yang cenderung vulgar atau sebaliknya hipokrit, muncul kebutuhan untuk membangun masyarakat simbolik-artistik---sebuah ruang kultural yang memberi tempat bagi keterusterangan emosional dan sensualitas manusiawi tanpa kehilangan kedalaman, keindahan, dan etika. Esai ini menawarkan refleksi kritis lintas waktu, sekaligus gagasan formatif untuk merehabilitasi relasi manusia dengan sisi gelapnya---melalui seni yang jujur, lembut, dan membebaskan.

Latar Belakang Sastrawi

"Bangsa yang dewasa bukanlah bangsa yang menolak bayangan, melainkan bangsa yang bersedia bercermin di dalamnya."

Sejak peradaban awal, manusia telah menjinakkan gelap lewat bahasa. Hasrat yang tabu, cinta yang mustahil, luka yang dipendam---semuanya hidup dalam seni dan sastra sebagai bentuk sublimasi, bukan penghakiman. Dalam tragedi Yunani, Mahabharata, hingga hikayat Timur Tengah, tema incest, pengkhianatan, pembunuhan, dan cinta terlarang hadir bukan untuk ditonton secara vulgar, melainkan untuk ditafsirkan secara reflektif.

Di Indonesia, kita menemukan kesinambungan semangat itu dalam karya seperti Mirat Muda, Chairil Muda oleh Chairil Anwar, puisi yang menggambarkan pergulatan sensual dan eksistensial antara dua manusia muda. Tanpa menyebut secara eksplisit tentang hubungan seksual, Chairil membalut pengalaman itu dalam metafora dan ketakutan yang dalam. Sentuhan tubuh menjadi gema dari ketakutan akan perpisahan dan kematian. Puisi ini bukan tentang tubuh semata, melainkan tentang kehilangan, keberanian mencinta, dan kepasrahan yang luhur.

Semangat yang sama muncul kembali dalam karya kontemporer seperti Di Bawah Atap Lobo karya Taufiq Agung Nugroho (Kompasiana, 15 Juli 2025). Cerita ini menghadirkan tokoh utama yang terjebak antara adat, cinta lama, dan luka spiritual dalam latar desa adat Pipikoro. Lobo---rumah adat yang menyimbolkan kejujuran batin budaya---menjadi ruang di mana konflik lama tak bisa lagi disembunyikan. Cinta lama dihidupkan bukan untuk mengundang sensasi, tapi untuk memaksa komunitas---dan pembaca---berpikir ulang tentang relasi antara norma dan pengampunan.

Dengan simbolisme yang halus, narasi ini menghidupkan pertanyaan tentang bagaimana manusia menghadapi masa lalu, apakah luka bisa ditebus, dan sejauh mana adat mampu mengerti desir hati.

Justru dalam keterbatasan ekspresi lahir kejujuran yang lebih dalam. Di tangan Chairil dan Taufiq, kita tidak diajak menonton, tapi merenung. Tidak diajak menghakimi, tapi mendengarkan sunyi yang bergema dari dalam dada karakter-karakternya.

Keduanya menjadi contoh bahwa seni dan simbol mampu membicarakan hal-hal paling gelap dan manusiawi tanpa menjadi murahan atau moralistik. Sebuah warisan estetika yang kini perlu kita hidupkan kembali dalam masyarakat yang terlalu serin

HALAMAN :
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun