Chairil Anwar tahu, bahwa setelah merdeka, bangsa ini menghadapi bahaya baru: bukan peluru dan penjajah, tapi kehampaan batin dan kehilangan arah.
Saat arwah berkata “tulang-tulang berserakan adalah kepunyaanmu”, artinya bahwa kemerdekaan adalah warisan yang menuntut pengelolaan moral dan politik
“Bangga tapi tak berdaya” — begitulah nasib para arwah dalam puisi ini. Bangga telah berkorban, tapi tidak berdaya memastikan arti dari pengorbanannya
Puisi “Krawang–Bekasi” karya Chairil Anwar bukan sekadar monumen sastra; ia adalah suara arwah yang menolak dilupakan, adalah roh yang menolak mati.
Mengulik dan mengenal stilistika
Buku warna keperakan dengan sketsa sosok penyair Chairil Anwar.
Menguak makna Binatang Jalang
Chairil Anwar ternyata masih memiliki satu puisi yang sempat hilang. Sebuah puisi cinta bernuansa eksistensialisme
Kini, tugas generasi hari ini bukan hanya mengenangnya, tetapi menghidupkannya kembali dalam bentuk yang sesuai dengan tantangan zaman.
Puisi mengajarkan empati melalui kemampuannya menggambarkan beragam pengalaman manusia.
Merayakan Hari Raya Puisi Indonesia bersama JokpinKementrian Kebudayaan atau Kemenbud telah menetapkan 26 Juli sebagai Hari Puisi Indonesia. Menbud, F
Puisi itu suara kebangsaan Lewat larik nasionalisme hidup dari Chairil hingga puisi daerah Mari resapi makna cinta tanah air dalam bait yang bermaknaa
Dari Chairil ke Lobo: seni jadi cermin gelap jiwa manusia—bukan untuk menelanjangi, tapi untuk menyembuhkan, dengan simbol, bukan sensasi.
“Biar peluru menembus kulitku / Aku tetap meradang menerjang.”—dua baris ini adalah manifestasi keberanian menghadapi risiko.
Dua puisi montase ini terinspirasi dari karya-karya Chairil Anwar dan Sapardi Djoko Damono.
Tulisan ini membahas tentang sejarah dalam Puisi Karawang-Bekasi karya Chairil Anwar
Aku muntahkan semua eufemisme! resesi jadi perlambatan pertumbuhan penggusuran jadi penataan rakyat miskin jadi masyarakat rentan Bangsat!
Aku hidup dari kata dan bara dan akan mati dalam senyap suara
Aku berkarya Bukan buat ke pesta Ini muka penuh luka Siapa punya?
ketika manusia menutup langit, aku kan terus menatap, di situlah aku teringat Chairil Anwar....