“Biar peluru menembus kulitku / Aku tetap meradang menerjang.”—dua baris ini adalah manifestasi keberanian menghadapi risiko.
Dua puisi montase ini terinspirasi dari karya-karya Chairil Anwar dan Sapardi Djoko Damono.
Tulisan ini membahas tentang sejarah dalam Puisi Karawang-Bekasi karya Chairil Anwar
Aku muntahkan semua eufemisme! resesi jadi perlambatan pertumbuhan penggusuran jadi penataan rakyat miskin jadi masyarakat rentan Bangsat!
Aku hidup dari kata dan bara dan akan mati dalam senyap suara
Aku berkarya Bukan buat ke pesta Ini muka penuh luka Siapa punya?
ketika manusia menutup langit, aku kan terus menatap, di situlah aku teringat Chairil Anwar....
Kita mungkin bukan negara dengan demokrasi paling utuh. Tapi kita juga bukan negeri yang menyerah untuk bangkit.
Chairil Anwar adalah tokoh "pemberontak" dalam sastra Indonesia. Bagaimana pemberontakan Chairil?
Kisah Hidup Kelam Chairil Anwar yang Belum Diketahui Banyak Orang
Hidupnya tak semenjulang karya-karyanya. Tubuhnya kecil, ringkih. Ia mati muda—27 tahun, karena dibekap penyakit kronis. Ia adalah Chairil Anwar.
Bukan hanya siapa yang menulis puisi, tapi siapa yang masih hidup dalam puisi.
Tapi tahukah kalian, tanggal 28 April dipilih karena hari wafatnya Chairil Anwar, si "Binatang Jalang" yang puisinya pernah membuat Belanda merinding?
Puisi spesial untuk memperingati hari kematian Chairil Anwar. Selamat Hari Puisi Nasional juga untuk para penyair muda.
Dalam dunia sastra, keindahan sebuah karya tidak hanya terletak pada isi atau pesan yang disampaikan, tapi juga pada bagaimana pesan itu disampaikan.
Jadi baik juga kita padami Unggunan api ini Karena kau tidak kan apa-apa Aku terpanggang tinggal rangka
Sepi diluar Sepi menekan mendesak Lurus kaku pohonan Tak bergerak sampai ke puncak Sepi memagut
Dalam khazanah sastra Indonesia, berbagai bentuk karya sastra lama memiliki keunikan dan fungsi masing-masing dalam kehidupan masyarakat zaman dahulu.
Puisi yang unggul bukan hanya puisi yang minta dibaca ulang terus-menerus, namun juga yang mengubah cara kita membaca dan menulis.
Kisah ini saya tulis untuk merayakan seabad Pram. Saya tidak akan berkisah andaikan bukan perayaan karena ceritanya agak memalukan