Mohon tunggu...
Amril Taufik Gobel
Amril Taufik Gobel Mohon Tunggu... Smiling Blogger, Restless Father, Lovely Husband and George Clooney wannabe :) See my Blog: http://daengbattala.com

Amril Taufik Gobel lahir di Makassar, 9 April 1970 dan lulusan Fakultas Teknik Jurusan Mesin UNHAS Angkatan 1989. Saat mahasiswa, pernah menjabat sebagai Redaktur Pelaksana Penerbitan Kampus Identitas (1992-1993) dan pendiri sekaligus Pemimpin Redaksi Surat Kabar Mahasiswa Fakultas Teknik UNHAS "Channel 9" (1991-1992). Seusai diwisuda tahun 1994, ia merantau ke Jakarta. Saat ini bekerja sebagai Vice President Procurement EPC dan Investasi PT Nindya Karya, Jakarta dan berdomisili di Cikarang. Ayah 2 anak ini juga mengelola blog pribadinya di www.daengbattala.com (pernah memenangkan blog favorit kategori Bahasa Indonesia dalam Lomba Blog International yang diadakan oleh The Bobs pada tahun 2010) serta menjabat sebagai Vice President Asean Blogger Chapter Indonesia sejak 2011. Telah menghasilkan 3 buku dari aktifitasnya ngeblog dan 2 diantaranya diterbitkan secara self publishing lewat www.nulisbuku.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Merayakan Hari Puisi Indonesia di Era Transformasi Digital

27 Juli 2025   20:23 Diperbarui: 28 Juli 2025   07:05 397
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Hari Puisi indonesia (Sumber: Gemini AI)

"Puisi adalah cara jiwa berbicara, dan dalam setiap bait tersimpan kekuatan untuk mengubah dunia." - Maya Angelou

Dalam hening pagi 26 Juli 2025, Indonesia kembali merayakan keagungan kata-kata yang telah mengalir dalam darah bangsa ini selama puluhan tahun.

Hari Puisi Indonesia bukan sekadar peringatan tahunan biasa, melainkan momentum sakral untuk merenungkan kembali kekuatan transformatif puisi dalam membentuk karakter dan jiwa bangsa.

Di tengah gejolak zaman digital yang serba cepat, puisi hadir sebagai jangkar spiritual yang mengingatkan kita pada kedalaman rasa dan makna hidup yang sesungguhnya.

Penetapan 26 Juli sebagai Hari Puisi Indonesia bukanlah kebetulan semata. Tanggal ini dipilih untuk mengenang sosok Chairil Anwar, penyair legendaris yang lahir pada 26 Juli 1922 dan telah mengukir namanya dengan tinta emas dalam sejarah sastra Indonesia.

Melalui karyanya yang revolusioner, Chairil tidak hanya mengubah wajah puisi Indonesia, tetapi juga menjadi katalisator gerakan kesadaran nasional yang menggelorakan semangat kemerdekaan. Sepanjang hidupnya yang singkat, Chairil telah menghasilkan sekitar 96 karya, termasuk di antaranya 70 puisi, sebuah warisan tak ternilai yang terus menginspirasi generasi demi generasi.

Kementerian Kebudayaan yang resmi menetapkan 26 Juli sebagai Hari Puisi Indonesia telah memberikan pengakuan historis terhadap peran vital puisi dalam perjalanan bangsa. Pengakuan ini bukan hanya formalitas administratif, melainkan pernyataan tegas bahwa puisi adalah bagian integral dari identitas kultural Indonesia yang harus dilestarikan dan dikembangkan.

Namun, di balik euphoria perayaan ini, kita dihadapkan pada realitas yang memprihatinkan mengenai kondisi literasi masyarakat Indonesia. Data terbaru menunjukkan bahwa rata-rata warga Indonesia membaca 5,91 buku per tahun dengan durasi membaca mencapai 129 jam, angka yang masih tertinggal dari negara tetangga seperti Singapura. Lebih mengkhawatirkan lagi, UNESCO menyebut indeks minat baca masyarakat Indonesia hanya di angka 0,001% atau dari 1.000 orang Indonesia, cuma 1 orang yang rajin membaca.

Paradoks ini menjadi tantangan serius bagi masa depan puisi Indonesia. Bagaimana mungkin kita dapat melestarikan tradisi puisi yang kaya dan bermakna jika fondasi literasi masyarakat masih rapuh? Kondisi ini menuntut refleksi mendalam dan tindakan konkret dari semua pihak, mulai dari pemerintah, institusi pendidikan, hingga masyarakat sipil.

Meski demikian, ada secercah harapan yang patut disyukuri. Survei Snapcart menyatakan bahwa 88% responden anak muda Indonesia suka membaca, dengan 42% responden bahkan membaca setiap hari. Data ini menunjukkan bahwa generasi muda Indonesia masih memiliki gairah terhadap dunia literasi, termasuk puisi. Mereka adalah generasi yang tumbuh di era digital namun masih mampu mengapresiasi keindahan kata-kata tertulis.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun