Krisis air bersih bukan lagi ancaman masa depan. Ia sudah hadir di depan mata, bahkan di beberapa sudut negeri ini. Sering kali, kita menganggap enteng setiap tetes air yang mengalir dari keran. Membiarkannya terbuang saat menyikat gigi, atau mencuci kendaraan dengan selang air yang terus menyala. Kesadaran akan betapa berharganya air bersih seolah luntur, sampai akhirnya kita sendiri yang merasakan dampak kelangkaannya.
Di perumahan tempat saya tinggal, misalnya, ketersediaan air bersih adalah barang mewah. Sumber air kami bermasalah, keruh dan berkarat. Kondisi ini membuat kami harus berpikir keras, bagaimana memenuhi kebutuhan sehari-hari tanpa harus terjebak dalam krisis yang lebih parah.
Jauh di balik kekhawatiran itu, sebuah solusi sederhana nan bijak sebenarnya sudah ada sejak dulu, dan kini semakin relevan: panen air hujan.
Menghargai Anugerah dari Langit
Memanen air hujan mungkin terdengar asing bagi sebagian orang, tetapi bagi kami, ini adalah penyelamat. Tepatnya, sebuah solusi darurat yang lambat laun menjadi kebiasaan. Pernah suatu waktu, listrik padam total, persediaan air di rumah kosong, dan hujan turun begitu deras.
Tanpa pikir panjang, ibu saya langsung menadahkan ember dan bak di bawah talang air. Momen itu bukan sekadar menampung air, melainkan sebuah refleksi. Hujan yang seringkali dianggap sebagai pengganggu, ternyata bisa menjadi anugerah yang sangat berharga.
Pengalaman ini mengajarkan kami bahwa panen air hujan bukan sekadar praktik kuno, melainkan sebuah kearifan lokal yang layak dihidupkan kembali. Di tengah prediksi yang mengkhawatirkan, bahwa 50% penduduk Indonesia akan kekurangan air bersih pada tahun 2050 - praktik ini bisa menjadi langkah nyata dan mandiri untuk mengurangi ketergantungan pada sumber air konvensional yang kian terbatas.
Dengan menampung air hujan, kita tidak hanya menghemat, tetapi juga mengambil peran aktif dalam menjaga keberlangsungan lingkungan. Air hujan yang ditampung bisa digunakan untuk berbagai keperluan non-konsumsi, seperti menyiram tanaman, mencuci kendaraan, atau bahkan membersihkan kamar mandi. Kualitasnya yang relatif bersih bisa mengurangi beban penggunaan air dari sumur atau PAM.
Tentu saja, praktik ini tidak lantas menjadi satu-satunya solusi. Namun, ia adalah permulaan. Sebuah awal dari kesadaran bahwa kita harus lebih bijak dalam mengelola sumber daya alam.
Lebih dari Sekadar Panen: Aksi Kolektif dan Perubahan Kebiasaan