Mohon tunggu...
Disisi Saidi Fatah
Disisi Saidi Fatah Mohon Tunggu... Blogger

Cendekia Al Azzam - Penyuka warna biru yang demen kopi hitam tanpa gula | suka mengabadikan perjalanan melalui tulisan untuk dikenang di kemudian hari | Suka Buku dan Film

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Panen Hujan, Solusi di Tengah Jeritan Krisis Air

15 Agustus 2025   07:01 Diperbarui: 17 Agustus 2025   16:55 82
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Saat hujan deras, bukan lagi gangguan, tapi anugerah penampung air di rumah kami. Solusi sederhana hadapi krisis. #PanenHujan (Sumber: Dokpri)

Krisis air bersih bukan lagi ancaman masa depan. Ia sudah hadir di depan mata, bahkan di beberapa sudut negeri ini. Sering kali, kita menganggap enteng setiap tetes air yang mengalir dari keran. Membiarkannya terbuang saat menyikat gigi, atau mencuci kendaraan dengan selang air yang terus menyala. Kesadaran akan betapa berharganya air bersih seolah luntur, sampai akhirnya kita sendiri yang merasakan dampak kelangkaannya.

Di perumahan tempat saya tinggal, misalnya, ketersediaan air bersih adalah barang mewah. Sumber air kami bermasalah, keruh dan berkarat. Kondisi ini membuat kami harus berpikir keras, bagaimana memenuhi kebutuhan sehari-hari tanpa harus terjebak dalam krisis yang lebih parah.

Jauh di balik kekhawatiran itu, sebuah solusi sederhana nan bijak sebenarnya sudah ada sejak dulu, dan kini semakin relevan: panen air hujan.

Menghargai Anugerah dari Langit

Memanen air hujan mungkin terdengar asing bagi sebagian orang, tetapi bagi kami, ini adalah penyelamat. Tepatnya, sebuah solusi darurat yang lambat laun menjadi kebiasaan. Pernah suatu waktu, listrik padam total, persediaan air di rumah kosong, dan hujan turun begitu deras.

Tanpa pikir panjang, ibu saya langsung menadahkan ember dan bak di bawah talang air. Momen itu bukan sekadar menampung air, melainkan sebuah refleksi. Hujan yang seringkali dianggap sebagai pengganggu, ternyata bisa menjadi anugerah yang sangat berharga.

Pengalaman ini mengajarkan kami bahwa panen air hujan bukan sekadar praktik kuno, melainkan sebuah kearifan lokal yang layak dihidupkan kembali. Di tengah prediksi yang mengkhawatirkan, bahwa 50% penduduk Indonesia akan kekurangan air bersih pada tahun 2050 - praktik ini bisa menjadi langkah nyata dan mandiri untuk mengurangi ketergantungan pada sumber air konvensional yang kian terbatas.

Dengan menampung air hujan, kita tidak hanya menghemat, tetapi juga mengambil peran aktif dalam menjaga keberlangsungan lingkungan. Air hujan yang ditampung bisa digunakan untuk berbagai keperluan non-konsumsi, seperti menyiram tanaman, mencuci kendaraan, atau bahkan membersihkan kamar mandi. Kualitasnya yang relatif bersih bisa mengurangi beban penggunaan air dari sumur atau PAM.

Tentu saja, praktik ini tidak lantas menjadi satu-satunya solusi. Namun, ia adalah permulaan. Sebuah awal dari kesadaran bahwa kita harus lebih bijak dalam mengelola sumber daya alam.

Lebih dari Sekadar Panen: Aksi Kolektif dan Perubahan Kebiasaan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun