Pada saat Yuval Noah Hariri menulis homo Deus di tahun 2015, mungkin dia sudah menyadari bahwa apa yang kita pikirkan lambat laun menjadi kenyataan. Manusia semakin menunjukkan fantasinya untuk menjadi Tuhan. Manusia ingin mengatasi kematian, menciptakan kehidupan buatan, meningkatkan kualitas tubuh dan pikiran lewat teknologi. Tapi dalam prosesnya, algoritma dapat menggantikan banyak fungsi manusia---dari pengambilan keputusan hingga relasi emosional.Â
Nyatanya per hari ini, Â AI makin dibutuhkan, menjadi solusi di berbagai bidang. Membantu sekaligus menakutkan.
Seperti Hariri, sayapun  bertanya, "jika suatu saat nanti, algoritma lebih tahu dari kita, apakah manusia masih punya kehendak bebas dan otoritas moral?"
Bagaimana nasib anak cucu kita yang tengah berjibaku di bangku sekolah, Â saat mereka selesai kuliah banyak profesi yang sudah punah....
Mampukah mereka bersaing dengan manusia algoritma yang makin cerdas, tidak kenal lelah, perkasa, Â loyal, penurut, gak baperan, gak banyak drama....
Dan di manakah para Agamawan ketika manusia tidak lagi membutuhkan Tuhan karena mereka sendirilah Tuhannya....
ketika manusia menutup langit, aku kan terus menatap, di situlah aku teringat Chairil Anwar yang menulis :
"Di pintu Mu aku mengetuk, aku tak bisa berpaling......"
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI