Nyanyian yang Tak Selesai (1)
(Dari suara-suara Chairil)
Aku ini binatang jalang
Yang rindu bulan separuh mati
Menggigil sendiri dalam sunyi malam
dengan dada hampa dan mata menyala sepi
Cemara menderai sampai jauh
Langit redup, angin bertiup perlahan
Di pelabuhan kecil, senja runtuh
dan cintaku karam perlahan-lahan
Aku ingin hidup seribu tahun lagi
tapi nasib menulis dengan darah dan debu
Kami yang kini terbaring antara Karawang-Bekasi
adalah deru yang tak habis-habis diseru
Aku dengar suara dari langit
bukan gemuruh, tapi bisik kesetiaan
"Sekali berarti, sudah itu mati"
dan kita pun menanam tubuh dalam kenangan
Sebab hidup hanya menunda kekalahan
dan cinta adalah luka yang manis dibiarkan
aku mencintaimu seperti api dalam dada
tak pernah padam, meski dunia padam perlahan
Jika aku mati, kenang aku sebagai yang melawan
dengan puisi, dengan cinta, dengan segala yang patah
Aku telah menjadi huruf-huruf di dinding waktu
menangis dalam diam, memeluk yang tak pernah lelah
====
Nyanyian yang Tak Selesai (2)
(Dari suara-suara Chairil)
Kini tak ada lagi yang bisa kupegang
selain kenangan yang lari dan tak pernah diam
Kepalaku sarang angin, hatiku luka yang lapang
dan tubuhku menampung sunyi yang dalam