Teh adalah minuman yang akrab dalam kehidupan masyarakat di Indonesia. Sepertinya, hampir di setiap rumah selalu tersimpan teh yang siap diseduh, termasuk di rumah saya.
Teh menjadi minuman yang menemani saat mengobrol ringan dengan keluarga, juga menjadi minuman yang disajikan untuk menjamu tamu. Bahkan, minum teh serasa jadi pertolongan pertama ketika sedang merasa tidak enak badan.
Kebetulan, saat ini saya punya tiga merek teh yang berbeda, yaitu teh Cap Botol, teh Walini, dan teh Gaharu. Teh yang diproduksi di tiga tempat berbeda tersebut punya cita rasa dan cerita tersendiri.
Setiap daerah memiliki cara tersendiri dalam menikmati dan menyuguhkan teh, yang mencerminkan kebiasaan serta nilai budaya. Sebagai anak dari ayah yang orang Jawa dan ibu yang orang Sunda, saya memperhatikan ada perbedaan dari orang Jawa dan Sunda dalam kebiasaan meminum teh dan menyuguhkan teh untuk tamu.
Orang Sunda pada umumnya menyukai teh tawar. Misalnya, mereka makan ulen (ketan uli) atau rengginang dengan ditemani teh tawar panas. Di banyak restoran Sunda, teh tawar panas biasanya diberikan gratis. Setelah makan nasi, lauk pauk, dan sambal plus lalapan, memang paling nikmat kalau ditutup dengan minum teh tawar (asal jangan terlalu panas).
Gratisnya teh tawar panas di banyak restoran Sunda mungkin ada hubungannya dengan kebiasaan orang Sunda yang sungkan jika tidak memberikan minuman teh pada tamunya.
Jika ada tamu yang datang, pada umumnya orang Sunda menyuguhkan teh. Dulu, tidak enak rasanya jika tidak menyuguhkan teh pada tamu. Teh yang disuguhkan bisa berupa teh tawar atau manis. Tapi, dahulu kebanyakan teh yang disuguhkan pada tamu adalah teh tawar.
Selain sebagai tanda 'someah ka semah' (ramah pada tamu), menyuguhkan teh adalah bagian dari tradisi. Di Jawa Barat banyak terdapat perkebunan teh, sehingga teh mudah didapat dan jadi minuman sehari-hari. Oleh karena itu, tuan rumah akan lebih memilih menyuguhkan teh daripada hanya air putih.
Saya ingat, dulu di rumah kakek nenek saya, ada dua tempat untuk menyimpan air minum. Kendi dari tanah liat untuk menyimpan air putih dan teko plastik untuk menyimpan air teh. Tapi tetap, kalau untuk tamu harus teh panas yang diseduh baru.
Teh yang digunakan adalah teh tubruk. Dulu kakek nenek saya suka dengan teh tubruk buatan lokal yang bernama teh 'cap termos', teh tubruk dengan kemasan yang sederhana. Tapi keberadaannya sekarang sudah sangat jarang.