Mohon tunggu...
Adriansyah Abu Katili
Adriansyah Abu Katili Mohon Tunggu... Menginspirasi untuk menciptakan dunia dengan kata-kata.

Pendidik anak bangsa pada Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris Universitas Negeri Gorontalo yang gemar membaca segala macam bacaan dan menulis untuk menciptakan dunia dengan kata-kata.

Selanjutnya

Tutup

Bahasa

Aku Ini Binatang Jalang: Dari Kognitif Pragmatik Sampai Ekspresi Eksistensial

30 Agustus 2025   17:59 Diperbarui: 30 Agustus 2025   18:29 47
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar ilustrasi BInatang Jalang yang berlari. Gambar dibuat dengan bantuan https://copilot.microsoft.com. 

Ketika kita mendengar nama besar Chairil Anwar, kita langsung ingat sosok penyair urakan. Penyair yang berteriak lantang Aku ini binatang jalang. Kita mungkin lantas membayangkan sosok Chairil Anwar yang liar, pemberontak, tak mau diatur. Ya, kita lantas ingat bahwa dia adalah penyair besar yang besar karena puisinya uang berjudul Aku. Tapi tidak banyak yang tahu atau berpikir makna eksistensial dari puisi itu.

Kemudian selama ini kita lebih terpaku pada analisis sastra dengan pendekatan sastra. Ataupun kalau menganalisis dengan pendekatan lain, kita lebih banyak, barangkali, menerapkan pendekatan semiotika, psikologi, ataupun pendekatan lainnya. Dalam artikel ini saya menawarkan pendekatan lain, yaitu pendekatan pragmatik kognitif. Saya juga menawarkan makna lain dari puisi, yaitu ekspresi eksistensial. Apakah pragmatik kognitif dan ekspresi eksistensial itu?  Dan apa ekspresi eksistensial itu?  Saya akan jelaskan pelan-pelan.

Dari diskusi saya dengan salah satu kecerdasan buatan, Deepseek, diperoleh informasi bahwa pragmatik kognitif itu adalah penggunaan bahasa dalam konteks tertentu di mana pembicara dan pendengar melibatkan kemampuan kognitif. Pembicara menggunakan bahasa yang bisa mengekpresikan idea dan kondisi emosinya. Di sisi lain, pendengar mendayagunakan pengetahuannya untuk memahami pesan pembicara (Sperber & Wilson, 2001).

Sementara itu pragmatik adalah penggunaan bahasa dalam konteks tertentu. Pragmatik adalah analisis tentang apa yang dikatakan oleh pembicara dan makna apa yang mungkin ingin disampaikan oleh pembicara (Grundy, 2013).

Sedangkan ekpresi eksistensial adalah bahasa untuk mengekspresikan eksistensi diri pembicara. Eksistensial sendiri berasal dari kata eksistensi. Eksistensi kemudian dibahas dalam aliran filsafat eksistensialisme. Eksistensialisme adalah aliran filsafat yang membahas bagaimana seorang individu bereksistensi.

Seorang filsuf yang beraliran eksistensialisme adalah Jean Paul Sartre. Sarte menulis buku yang berjudul "Being and Nothingnes". Inti dari filsafat ini adalah setiap manusia memiliki kebebasan. Bahwa eksistensi mendahului esensi. EMnjadi sebuah eksistensi, manusia harus memiliki kebebasan. Namun sering kebebasan itu itu sering diancam oleh individu lain dengan sikap intimidasi. Maka pada saat itulah suatu individu merasakan kehadiran individu lain. Keadaan ini diungkapkan oleh Sartre sebagai Neraka adalah orang lain (Hell is the other). Keadaan ini karena orang lain sering menjadikan suatu individu sebagai objek (Jean-Paul Sartre, 2001).

Keadaan di atas tampak pada puisi Aku karya Chairil Anwar.  Sekarang kita bahas puisi ini dengan pendekatan pragmatik kogniti untuk mendapatkan makna eksistensial.

Aku

Karya Chairil Anwar
Kalau sampai waktuku
'Ku mau tak seorang'kan merayu
Tidak juga kau

Baca juga: Bahasa dan Kekuatan

Tak perlu sedu sedan itu

Aku ini binatang jalang
Dari kumpulannya terbuang

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun