Mohon tunggu...
Andi Samsu Rijal
Andi Samsu Rijal Mohon Tunggu... Dosen/ Writer

Seorang Ayah; Pencinta Buku

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Merayakan Hari Raya Puisi Indonesia bersama Jokpin

27 Juli 2025   12:14 Diperbarui: 27 Juli 2025   12:14 39
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
merayakan puisi bersama jokpin; dokumentasi penulis

Merayakan Hari Raya Puisi Indonesia bersama Jokpin

Kementrian Kebudayaan atau Kemenbud telah menetapkan 26 Juli sebagai Hari Puisi Indonesia. Menbud, Fadli Zon sendiri menandatangi surat keputusan menteri sejak tangga 23 Juli 2025. Pada dasanya inisiasi hari puisi tersebut telah digalakkan oleh para penyair atau budayawan di Pekan Baru, Riau per tanggal 22 November 2022 lalu. Tentu dengan merujuk tanggal lahir penyair legendaris Indoensia Chairil Anwar pada tanggal 26 Juli silam. Memang kelahiran penyair legendaris tersebut perlu dikenang, dan tentunya kesepakatan para budayawan kita tersebut berhasil memikat hati audiens dan termasuk menbud, Fadli Zon yang juga di masa kuliah S1 beliau tidak lain merupakan pencinta karya Sastra bahkan beberapa kali melayangkan tulisan beliau di beberapa media kala itu. 

Selain Chairil Anwar, Sapardi Djoko Damono, juga kita telah diperkenalkan penyair kenamaan yakni Joko Pinurbo. Beberapakali acara perpuisian selalu ditampilkan dan diperkenalkan oleh penyelenggara kepada publik termasuk tiga sekawan penyair kenamaan kita yakni Sapardi Djoko Damono atas Puisi Hujan Bulan Juni, Joko Pinurbo atas Puisi Merayakan Ibadah Puisi, dan M Aan Mansyur atas Puisi Tak Ada New York Hari Ini, Melihat Api Bekerja dan sebagainya. Tentu selain ketiga penyair tersebut, ada banyak penyair kita bahkan dengan karya yang luar biasa baik secara kuantitas maupun kualitas. Namun dalam dunia kepenyairan, tak ada yang akan merasa hebat, terlebih mengangkat dirinya sebagai penyair atau ahli puisi.

Mengenang dan merayakan Puisi dalam momentun Hari Puisi Indonesia, kali ini saya sedikit mengulas tentang penyair Joko Pinurbo Joko Pinurbo alias Jokpin, dikenal atas karya-karya puisinya. Penyair yang satu ini selalu mengangkat fenomena sosial dalam bentuk puisi. Puisinya pun tidak terlalu berat, bahkan receh namun penuh dengan sempurna di mata pembaca,  bahkan sederhana namun penuh makna. Puisinya pun ditulis sepenuh hati dan merakyat. Saya pun sebagai orang awam mengenal puisi yang betul-betul puisii adalah lewat syair Jokpin. Pertamakali bertemu secara puisi dengan Jokpin yakni di Kota Makassar. Master of Ceremony memperkenalkan Jokpin kepada audiens atas karyanya, berbeda dengan pejabat diperkenalkan atas jabatannya entah itu lima tahun atau dua periode, namun penyair tanpa ada periode bahkan sepanjang hayat.

Ia kemudian tampil membaca puisinya yang berjudul "Celana". Dilanjutkan pada puisi berikutnya atau sebagai penutup tertera di tangan "Menunaikan Ibadah Puisi". Tentu kalangan sastrawan, mahasiswa, atau penikmat puisi serta penikmat senja pasti mengenal Jokpin baik secara langsung maupun melalui story-story yang berseliweran di medsos atas puisi Jokpin yang dicatut sebagai pemantik. Demikian kalangan pelajar dan mahasiswa yang ada di Jogja pasti mengenal Jokpin melalui potongan-potongan puisinya yang digunakan sebagai pemantik dan pemanis bagi para pengunjung di sudut Kota Jogja "Sepotong Hati di Angkringan".

Sepulang dari perhelatan yang digelar oleh penyelenggara dalam hal ini BNPT (Badan Nasional Penanggulangan Terorisme) yang berlangsung di salah satu hotel sederhana di Kota Makassar, kemudian saya berinisiatif mengunggah perjumpaan tersebut di media sosial Facebook, sebab belum ada WhatsApp dan Intagram atau medium lainnya yang sangat memungkinkan kita untuk berinteraksi dengan sahabat dunia maya. Beberapa teman menanggapi tentang kehadiran Jokpin di Makassar "Beliau artis dalam dunia puisi, kata salah satu teman." Saya pun kemudian berupaya mencari karyanya dan mempelajarinya. 

Beberapa tahun berikutnya, kemudian saya dipertemukan lagi di momen-momen perpuisian. Saya pun mencoba dekat dengan puisinya, baik melalui bacaan sendiri maupun dalam diskusi hingga kajian atas karya sastra puisi tersebut.

Seberapa penting puisi bagi kehidupan kita? Hal ini kemudian menjadi pertanyaan yang saya lontarkan kepada diri saya agar kelak bisa melatih kepekaan sosial, merefleksi diri dan juga memperkaya khasanah saya atas fenomena sosial. Jika berbicara tentang karya sastra yang satu ini, tentu memiliki kedudukan tersendiri di mata penikmatnya. Puisi tak ubahnya memberi pengaruh besar dalam setiap sendi kehidupan, jika dirunut dari perjalanannya baik di kancah internasional maupun di Indonesia itu sendiri. Olehnya itu puisi memiliki kedudukan yang tinggi serta mendapat apresasi yang baik pada orang yang tepat, meski tidak pesat seperti ilmu-ilmu lain dan karya seni sastra lainnya. Tapi puisi dapat menghipnotis pembaca, dapat merubah hidup pembaca dan merubah pola pikir publik, olehnya itu puisi sangat penting untuk terus dirayakan dan direfleksi kehadirannya. Tinggal pembaca mangasah terus kepekaan itu jika mendapatkan puisi yang berat untuk dipahami. Pada intinya puisi memiliki medan makna yang layak untuk dimaknai.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun