Apa yang bisa dilakukan?
Serial televisi dan film yang tidak menormalkan kekerasan dan seksualitas sembarangan, melainkan membingkainya dalam konteks sosial dan psikologis yang kritis dan menyentuh.
Platform digital yang mendukung pencipta konten simbolik: puisi video, sinema puisi, monolog teatrikal di TikTok, dan sebagainya.
-
Kebijakan kurasi media yang menilai konten bukan hanya dari jumlah tayangan, tapi juga dari nilai estetik dan kedalaman etik.
Dengan kata lain: budaya populer tidak harus menjadi dangkal jika ia dibimbing dengan kedewasaan simbolik.
3. Merayakan Kerapuhan Manusia, Bukan Menghakiminya
Bila masyarakat ingin sehat secara psikologis dan spiritual, maka ia harus belajar merayakan kerapuhan tanpa glorifikasi, dan membicarakan luka tanpa voyeurisme.
Kita bisa mulai dari hal sederhana:
Forum diskusi dan pertunjukan seni yang mengangkat tema luka batin, cinta tak tersampaikan, konflik dengan orangtua, atau keresahan eksistensial---semua ini bisa menjadi jembatan antara pengalaman personal dan kesadaran sosial.
Dukungan terhadap penulis, pembuat film, dan seniman lokal yang menolak menjadi vulgar tapi tetap berani menggali dalam.
Dalam iklim seperti ini, hasrat tidak lagi ditakuti, dan luka tidak lagi disembunyikan. Semuanya menemukan tempatnya dalam narasi yang jujur, lembut, dan estetik.