Ekspresi tabu dan gelap dianggap tidak layak tampil kecuali dalam bentuk sensasional (klikbait).
Ekspresi estetis yang menyublimasi dianggap tidak menarik secara komersial, sehingga "tidak dipromosikan."
Artinya: jika bicara tentang luka, hasrat, atau kegilaan batin, ekspresimu harus vulgar agar viral atau senyap agar selamat. Tidak ada ruang simbolik yang pelan, berlapis, dan kontemplatif.
3. Dualisme Biner: Hilangnya Wilayah Abu-abu
Dampaknya pada masyarakat? Terjadilah kehilangan wilayah abu-abu, tempat di mana seni dan filsafat semestinya tumbuh. Masyarakat tidak diajak memahami, hanya diajak memilih:
Apakah kamu menolak kekerasan atau menikmatinya?
Apakah kamu mendukung kebebasan atau menyembah aturan?
Apakah kamu mengungkap trauma atau diam selamanya?
Pertanyaan-pertanyaan ini terlalu hitam-putih untuk jiwa manusia yang kompleks. Dan ketika seni tidak lagi bisa bermain di wilayah abu-abu, maka yang lahir bukan kebebasan, melainkan kekeringan batin.
C. Hipokrisi dan Represi yang Menyuburkan Disfungsi Pribadi dan Sosial
Di balik wajah moralitas kolektif yang rapi dan tertib, sering tersembunyi sesuatu yang rapuh dan penuh tekanan: hipokrisi. Sebuah masyarakat yang melarang pembicaraan tentang sisi gelap manusia---seperti hasrat terlarang, kecenderungan destruktif, atau luka psikologis---namun tidak menyediakan ruang sublimasi artistik dan reflektif, akan tumbuh menjadi masyarakat yang pura-pura sehat namun retak di dalam.