Merefleksikan kembali niat ibadah mereka. Apakah karena Allah atau karena ekspektasi sosial?
Mengurangi sikap pamer dalam beribadah. Jangan sampai ibadah menjadi alat pencitraan.
Menekankan kualitas ibadah, bukan hanya kuantitas. Banyaknya ibadah tidak selalu mencerminkan kedalaman spiritual jika dilakukan tanpa pemahaman dan penghayatan.
Sebagaimana ditegaskan dalam hadis:
"Sesungguhnya Allah hanya menerima amal yang dilakukan dengan ikhlas karena-Nya dan mengharap ridha-Nya semata." (HR. An-Nasa'i)
Tanpa keikhlasan, ibadah akan kehilangan ruhnya dan hanya menjadi aktivitas mekanis yang tidak membawa perubahan hakiki dalam diri.
b. Menghindari Kemaksiatan yang Dipertontonkan
Di sisi lain, ada individu yang sengaja melanggar norma Ramadhan secara demonstratif, baik sebagai bentuk pembangkangan sosial maupun sekadar untuk menegaskan kebebasan personal. Fenomena ini hanya menciptakan polaritas yang tidak perlu antara "kaum saleh" dan "kaum liberal", di mana keduanya bisa sama-sama terjebak dalam ekstremisme yang tidak sehat.
Sebagai solusi, penting untuk:
Menumbuhkan kesadaran bahwa ketaatan kepada Allah bukan bentuk penindasan terhadap kebebasan, tetapi sarana untuk membangun kedamaian batin.
Mencegah provokasi sosial yang hanya memperdalam jurang perpecahan di masyarakat.
-
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!