Mohon tunggu...
Akaha Taufan Aminudin
Akaha Taufan Aminudin Mohon Tunggu... Sastrawan

Koordinator Himpunan Penulis Pengarang Penyair Nusantara HP3N Kota Batu Wisata Sastra Budaya SATUPENA JAWA TIMUR

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Menjelaskan Aksi Protes dan Kerusuhan 2025 dari lima variabel

20 September 2025   15:07 Diperbarui: 20 September 2025   15:07 13
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Photo Denny JA Ketua Umum SATUPENA PUSAT 

Motifnya berlapis. Ada motif ekonomi konflik: kerusuhan sebagai ladang laba bagi mereka yang diuntungkan oleh kekacauan.

Ada motif politik oportunistis: memperlemah legitimasi penguasa dengan menunggangi emosi massa, membuat aksi damai tampak sebagai ancaman keamanan nasional.

Bahkan ada kemungkinan infiltrasi aparat sendiri, yang sengaja mengurangi daya tarik moral protes dengan mendorongnya ke arah kekerasan, agar publik berbalik antipati.

Dan tentu ada motif nihilistik: sekadar membakar karena kehilangan kepercayaan pada tertib sosial.

Ketika provokasi bertemu kelelahan emosional di tengah massa, logika kolektif bergeser cepat. Seruan hati-hati tenggelam oleh adrenalin.

Dalam fase itu, aktor damai sering tersisih. Yang terdengar hanya bunyi kaca pecah, sirene meraung, dan pekik panik yang tak terkendali.

Membedakan aksi damai dari kerusuhan adalah tanggung jawab bersama. Di sisi warga, diperlukan marshal, kode etik aksi, jalur komunikasi cepat untuk menahan hoaks, serta pelatihan de-eskalasi.

Di sisi negara, diperlukan intelijen lapangan yang akurat, dialog, dan mediasi. Daya paksa hanya boleh menjadi pilihan terakhir.

Ketika negara gagal membedakan, akuntabilitas berubah menjadi represi. Ketika warga gagal membedakan, legitimasi berubah menjadi anarki.

Di Makassar, empat nyawa menjadi saksi: kecerobohan sekecil apa pun pada simpul ini bisa mengubah protes menjadi tragedi.

-000-

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun