Namun hanya jalan kedua yang menjanjikan keberlanjutan.
Indonesia tidak dilahirkan sekali. Indonesia dilahirkan berulang-ulang---setiap kali warganya memilih keberanian yang jernih alih-alih ketakutan yang gaduh.
Dari Makassar, dari Jakarta, dari kota-kota kecil yang tak disebut di berita, suara yang paling pelan menunggu didengar: suara ibu yang menghitung belanja, suara ayah yang mencari tambahan shift, suara anak muda yang menunda mimpi, suara tetangga yang menahan cemas.
Mendengar adalah awal dari memerintah dengan benar. Mendengar adalah awal dari menjadi warga yang dewasa.
-000-
Menutup pengantar ini, saya memilih kalimat yang lama bergaung namun selalu menemukan makna baru pada tiap zaman.
Victor Hugo menulis, "You can resist an invading army; you cannot resist an idea whose time has come."
Bagi kita hari ini, gagasan yang waktunya telah tiba bukanlah kekacauan, melainkan kontrak sosial yang adil. Bukan amarah yang tak berbatas, melainkan keberanian yang bertanggung jawab.
Bukan kebisuan yang takut, melainkan dialog yang tegas dan jujur. Jika itu yang kita pilih, Indonesia 2025 akan tercatat bukan sebagai tahun luka semata, melainkan sebagai tahun pembelajaran---tahun ketika bangsa ini memutuskan untuk tercerahkan.***
Jakarta, 20 September 2025
Pegadaian MengEMASkan IndonesiaÂ